Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Covid Meledak di China Karena Cicit Omicron, Bisa Sebabkan Penyakit yang Lebih Parah?

Covid Meledak di China Karena Cicit Omicron, Bisa Sebabkan Penyakit yang Lebih Parah? Seorang pekerja medis yang mengenakan pakaian pelindung mengambil sampel swab seorang wanita di Beijing, 25 April. | Kredit Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lonjakan Covid yang terjadi saat ini di banyak negara termasuk China diyakini didorong oleh sub-varian Omicron BF.7. Meskipun sub-varian ini belum teridentifikasi di Indonesia, namun para ahli tetap meminta masyarakat untuk berhati-hati.

Dokter spesialis gastroenterology, Dr Rajeev Jayadevan mengatakan bahwa BF.7 adalah sub-garis keturunan dari varian Omicron BA.5 yang disebut sebagai 'cicit Omicron'. Menurut dia, BF.7 memiliki kemampuan lebih besar untuk menginfeksi orang yang sebelumnya terinfeksi atau divaksinasi daripada Omicron asli. Akan tetapi menurut pengamatannya, tidak ada indikasi BF.7 bisa menyebabkan penyakit yang lebih parah.

“Pada dasarnya adalah ini virus yang sama dengan Omicron, tetapi dengan mutasi tambahan. Tidak ada indikasi menyebabkan penyakit yang lebih parah," kata dia seperti dilansir dari Times Now News, Ahad (25/12/2022).

Baca Juga: Geger China Rombak Total Metode Kalkulasi Covid-19, Ternyata Banyak Data Kelewat!

Dr Jayadevan mengatakan bahwa setelah Omicron terlihat pada November 2021 di Afrika Selatan, ia bisa mendominasi kasus Covid-19 hanya dalam satu setengah bulan. Beberapa bulan yang lalu, ketika BF.7 pertama kali dilaporkan, para ilmuwan awalnya heboh karena muncul bersamaan di beberapa negara sekaligus terutama di Belgia dan juga di Denmark, Jerman, dan Prancis.

Kekhawatiran awal bahwa itu akan melampaui sub-varian Omicron lainnya tidak terjadi. Misalnya, di AS, BF.7 saat ini hanya membentuk 3,9 persen dari varian yang beredar. Itu mungkin karena dikalahkan oleh versi Omicron yang lebih baru dan lebih mumpuni seperti BQ.1, BQ.1.1 dan XBB setelahnya.

Saat ini tidak ada indikasi bahwa BF.7 atau leluhurnya BA.5 telah berdampak luas. Namun, pengawasan genom yang berkelanjutan diperlukan karena sifat virus yang berubah dengan cepat, dan karena beberapa orang dengan sistem kekebalan yang lemah dapat menyimpan virus untuk jangka waktu yang lama.

Baca Juga: Pas Lockdown Dikomentar, Pembatasan Dicabut China Dikritik WHO: Ledakan Kasus di Depan Mata

“Covid-19 terus bermutasi, untaian RNA virus bereplikasi dan akan membuat kesalahan yang mengakibatkan mutasi, yang dapat memperkenalkan perubahan penting, membantu virus untuk beradaptasi atau bertahan lebih baik dan meningkatkan kemampuan virus untuk menyebar lebih cepat,” kata Pakar dan Direktur Kesehatan Masyarakat di Fortis Escort Hospital, Dr Kaushal Kant Mishra.

Dia mengatakan bahwa penelitian di seluruh dunia telah menetapkan bahwa menjadi subvarian Omicron, sangat menular dan menyebar lebih cepat daripada varian lainnya. "Kami telah mengamati tren peningkatan nyeri sendi, nyeri tubuh bagian atas, URI dan vertigo," katanya, seraya menambahkan bahwa hingga tidak ada penelitian yang menghubungkan gejala ini dengan varian baru sehingga dia belum bisa itu bagian dari gejalanya.

Adapun gejala yang paling umum termasuk hidung tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, kelelahan, dan pilek.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: