Loyalis AHY Bicara Rasio Utang Terhadap PDB, Sudah Diturunkan Sama SBY, Eh Malah Diroketin Jokowi!
Politikus Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana mengungkap bagaimana perjalanan rasion utang pemerintah terhadap Produk domestik bruto (PDB) di Indonesia.
Dirinya menunjukkan bagaimana terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam setiap era kepemimpinan presiden yang silih berganti.
Baca Juga: Loyalis Megawati Elu-elukan Ganjar Jadi Penerusnya Jokowi, Elite PDIP: Mbak Puan Juga Begitu
Panca mengungkapkan bagaimana pada tahun 2004, utang pemerintah terhadap PDB yang diwariskan Megawati Soekarnoputri sebesar 29,7 persen.
Lalu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat hingga tahun 2014 di periode terakhir, angka itu turun menjadi 27,4 persen. Berarti ada penurunan 8 persen.
Selanjutnya ketika masuk di era Joko Widodo alias Jokowi, data utang tahun 2021 menjadi 41,2 persen atau naik sebesar 50 persen.
“Bagaimana dengan utang pemerintah terhadap PDB? Angka bicara era SBY berhasil menurunkan persentase utang era Megawati menjadi 27,4% dari 29,7% atau turun 8%, dan naik lagi era Jokowi menjadi 41,2% atau naik 50%,” ungkap Panca dalam unggahannya, di Twitter, Kamis, (12/1/2023).
Baca Juga: Bukan Tidak Sejalan, Surya Paloh dan Jokowi Hanya Beda Pilihan, Elite NasDem: Dia Maunya Ganjar...
Usut punya usut, data yang ditunjukkan tersebut bersumber dari World Bank, Bank Indonesia dan BPS.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, walaupun pertumbuhan ekonomi bisa dijaga di angka 5%, tetapi yang menjadi masalah adalah bayang-bayang tingginya inflasi di angka 5 setengah persen ini di atas standar kewajaran angka inflasi secara nasional yaitu di bawah 3%.
Akibatnya kata putra mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, harga-harga naik seperti BBM dan kebutuhan bahan pokok.
Baca Juga: Hanya Petugasnya Jokowi, Sinyal Ganjar Tak Akan Dimajukan Megawati: Ada Pinangan Kedua...
“Semua tentu semakin menghimpit kehidupan wong cilik saudara-saudara kita yang terkategori miskin dan hampir miskin,” ungkapnya dalam konferensi pers.
Di sisi lain kata Mantan perwira militer Indonesia ini, utang luar negeri juga terus menumpuk.
Sedangkan cadangan devisi juga terus tergerus menipis karena harus menahan nilai tukar rupiah yang belakangan ini juga melemah akibat menguatnya dolar Amerika Serikat.
Sementara itu, gelombang PHK secara massal juga terjadi di sana-sini.
Baca Juga: Meski Diterjang Isu Bubar, AHY Yakinkan Koalisi Perubahan Makin Solid Jelang Pilpres 2024
Lagi menurut pria kelahiran Bandung ini, semua tentunya mengancam masa depan dan nasib para buruh dan pekerja nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement