Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sudah Bakar Al-Qur'an, Swedia Malah Lebih Galak, Respons Erdogan Adem: Gak Perlu Repot-repot Gabung NATO

Sudah Bakar Al-Qur'an, Swedia Malah Lebih Galak, Respons Erdogan Adem: Gak Perlu Repot-repot Gabung NATO Kredit Foto: Reuters/Mast Irham
Warta Ekonomi, Ankara -

Turki memandang positif permohonan Finlandia untuk menjadi anggota NATO, tetapi tidak mendukung tawaran Swedia, kata Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Rabu (1/2/2023).

"Posisi kami di Finlandia positif, tetapi tidak positif di Swedia," kata Erdogan tentang penerapan NATO mereka dalam pidatonya di depan wakil Partai AK di parlemen.

Baca Juga: Turki Enggak Bercanda Kasih Perlakuan Spesial ke Finlandia, Swedia Mohon Maaf Jangan Iri

Swedia dan Finlandia mendaftar tahun lalu untuk bergabung dengan pakta pertahanan trans-Atlantik setelah Rusia menginvasi Ukraina, tetapi menghadapi keberatan tak terduga dari Turki dan sejak itu berusaha untuk mendapatkan dukungannya.

Ankara ingin Helsinki dan Stockholm khususnya mengambil tindakan lebih keras terhadap Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap sebagai kelompok teror oleh Turki dan Uni Eropa, dan kelompok lain yang disalahkan atas upaya kudeta tahun 2016.

Ketiga negara mencapai kesepakatan tentang langkah maju di Madrid Juni lalu, tetapi Ankara menangguhkan pembicaraan bulan lalu karena ketegangan meningkat menyusul protes di Stockholm di mana seorang politisi sayap kanan Denmark membakar salinan kitab suci umat Islam, Alquran.

"Swedia tidak perlu repot-repot mencoba pada titik ini. Kami tidak akan mengatakan 'ya' untuk aplikasi NATO mereka selama mereka mengizinkan pembakaran Alquran," kata Erdogan, lapor Reuters.

Menteri Luar Negeri Swedia mengatakan tidak akan ada kompromi atas kebebasan berbicara, tetapi Swedia akan terus menerapkan perjanjian Madrid.

"Sangat jelas apa yang diperlukan Swedia untuk menjadi anggota NATO dan itu adalah kami memenuhi persyaratan yang ada dalam perjanjian trilateral," katanya kepada kantor berita nasional TT.

"Agama bukan bagian dari perjanjian," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: