Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
Manuver makin rajin dilakukan sejumlah partai dan elite politik. Mengenai hal ini, sejumlah parpol berkunjung ke Partai Golkar, di antaranya Nasdem, PKS dan berikutnya PKB. Pengamat Politik Citra Institute Yusak Farchan mengatakan Partai Golkar menarik dikunjungi partai politik lain karena berpengalaman.
“Sebagai partai papan atas, Golkar tentu sarat pengalaman sehingga menjadi sentrum bagi partai lain untuk bertukar pikiran dalam merajut visi kebangsaan ke depan,” tegas Yusak, Kamis (9/2).
Selain itu, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto, komunikasi politiknya menjadi lebih baik.
“Banyaknya kunjungan ke Partai Golkar juga menandai keluwesan Pak Airlangga dalam membangun komunikasi politik dengan parpol lain. Contohnya, inisiasi Golkar menolak sistem proporsional tertutup bersama tujuh partai lain, menunjukkan kemampuan Golkar,” kata Yusak.
Dia mengatakan beberapa waktu lalu Airlangga menjadi inisiator delapan parpol yang menolak sistem pemilu proporsional tertutup.
“Tentu ini sangat positif bagi upaya rekonsolidasi demokrasi di Indonesia,“ ujar Yusak. Saat ini Golkar bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Meski begitu, Golkar tetap membuka komunikasi dengan partai-partai lain.
Kunjungan parpol ke Golkar untuk menjalin silaturahmi politik dan menjaga situasi nasional tetap kondusif.
“Golkar sangat luwes dalam membangun komunikasi politiknya bersama poros-poros koalisi lain yang ada. Tentu ini menjadi energi positif untuk menghindari adanya ketegangan dan turbulensi atas blok-blok politik yang ada,“ tegas Yusak.
Golkar dikabarkan akan kedatangan tamu dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sebelumnya, Golkar juga menerima kunjungan dari rombongan dari elite Nasdem dan PKS. Golkar dan PKB pun dikabarkan tengah menyusun rencana pertemuan.
Peneliti senior dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Firman Noor menilai silaturahmi yang belakangan terjadi antara elite partai politik (parpol) merupakan upaya untuk mengonsoliasikan kekondusifan situasi menjelang Pemilu 2024.
“Saya kira masih berkaitan dengan kepentingan elite-elite untuk mengondisikan situasi agar lebih kondusif,” terangnya.
Pertemuan itu bisa dilihat sebagai upaya konsolidasi untuk melaksanakan jadwal pemilu sesuai ketentuan dan dukungan pada sistem pemilu proporsinal terbuka.
"Tidak ada sesuatu yang menyimpang dari kepentingan mereka pada umumnya, untuk menjalankan pemilu dengan proporsional terbuka, terus tetap terjadinya pemilu (sesuai jadwal). Itu saya kira agenda untuk terus terkonsolidasikan. Karena tetap ada kekuatan-kekuatan yang tidak menginginkan itu," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement