Investasi Asing Diprediksi Jadi Katalis Pendukung untuk Ekonomi RI Jangka Menengah
Investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) diperkirakan bakal menjadi katalis pendukung yang bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah.
Perkiraan itu diungkapkan oleh DBS Group Research. Melalui laporannya, tim DBS Group Research menjelaskan Indonesia mengalami lonjakan invetasi domestik dan asing pada 2022. Khusus investasi asing, peningkatannya mencapai 47% secara tahunan pada tahun lalu.
"[Nilainya] menjadi US$45,6 miliar. Di antara sektor utama, logam dasar dan pertambangan menyaksikan arus masuk kuat dengan Singapura, Tiongkok, dan Hongkong muncul sebagai investor utama," kata Maynard Priajaya Arif, Head of Research DBS Group, dalam keterangan tertulis, Selasa (21/2/2023).
Baca Juga: Tembus Rp89,2 Triliun, Realisasi Investasi PMDN 2022 Provinsi DKI Jakarta Peringkat Atas Nasional
Pada 2022, total investasi tercatat di angka Rp1.207,2 triliun. Sementara target 2023 angkanya di kisaran Rp1.400 triliun.
Penyebaran investasi asing (terwujud) per provinsi juga makin meluas. Jawa masih menikmati hampir setengah dari aliran investasi. "Tetapi porsinya secara total terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Porsi kue investasi lebih besar mengalir ke provinsi, seperti, Sumatera dan Sulawesi," lanjutnya.
Porsi Sulawesi meningkat dari sekitar 5% pada 2015 menjadi sekitar 17% pada tahun lalu. Hal ini sejalan dengan semakin pentingnya komoditas, terutama nikel, yang telah menarik minat investor asing di seluruh rantai nilai. Sumatera adalah daya tarik utama lain karena melimpahnya komoditas pertanian, termasuk kelapa sawit, karet, dan kopi.
Adapun untuk arus masuk dana asing, peningkatannya berlangsung secara bertahap dan terjadi di tiga kelompok industri, yakni primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan besar terjadi antara 2020 dan 2022 di sektor primer dan sekunder, yaitu pertambangan, industri logam dasar dan barang logam, bahan kimia, selain tersier (real estate dan kegiatan usaha).
Salah satu alasan utama di balik lonjakan FDI ini adalah peralihan bersama ke komoditas hilir, smelter, dan aktivitas terkait. Tujuh belas smelter dibangun sejak 2021, dengan 31 smelter lagi dalam proses pembangunan. Dari jumlah tersebut, jumlah total proyek dan realisasi investasi tertinggi tercatat di nikel.
Sebagai pilihan kebijakan untuk beralih dari ekspor bijih dan menghasilkan produk dengan nilai jual lebih tinggi, pembatasan ekspor bijih nikel mentah menyebabkan peningkatan tajam dalam pembangunan smelter untuk memproduksi feronikel olahan dan besi mentah mengandung nikel, bahan utama untuk produksi baja tahan karat. Cadangan nikel domestik merupakan yang terbesar di dunia, sebesar kurang lebih 21 juta meganewton, atau 23,7% dari cadangan global.
Maynard menyinggung soal rencana pelarangan ekspor bauksit untuk mendorong kapasitas pengolahan alumunium lokal yang telah diungkapkan sejak Juni 2023.
"Mengingat permintaan untuk logam dasar dan industri pengolahan cukup besar, momentum untuk aliran FDI ke Indonesia kemungkinan tetap kuat dalam 2-3 tahun ke depan, membawa manfaat melalui produksi lebih tinggi, keahlian teknis lebih baik, meningkatkan posisi di rantai nilai, meningkatkan ekosistem untuk industri manufaktur, dan limpahan positif terhadap lapangan kerja dan pendapatan," jelas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement