Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lopez Obrador Ungkap Ciri-ciri Pemimpin 'Boneka' yang Disenangi Oligarki: Contohnya Saja Presiden...

Lopez Obrador Ungkap Ciri-ciri Pemimpin 'Boneka' yang Disenangi Oligarki: Contohnya Saja Presiden... Kredit Foto: Reuters/Henry Romero
Warta Ekonomi, Mexico City -

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menyebut mitranya dari Peru, Dina Boluarte, sebagai "boneka" yang tunduk pada oligarki asing dan nasional dalam konferensi pers, Senin (27/2/2023).

Tuduhan Lopez Obrador bermula dari keputusan Bolartue minggu lalu untuk memanggil pulang duta besar Peru untuk Meksiko, Manuel Gerardo Talavera, atas dugaan "campur tangan politik" yang dilakukan oleh Lopez Obrador, yang tetap bersikukuh dalam dukungannya terhadap Presiden Peru yang digulingkan, Pedro Castillo.

Baca Juga: Ribuan Orang Turun ke Jalan Ibu Kota Peru Tuntut Presiden Mundur!

"Kami tidak menerima lelucon pelengseran Presiden Pedro Castillo karena kehendak rakyat Peru tidak dihormati, demokrasi diinjak-injak, dan ketidakadilan besar dilakukan dengan mencopotnya dari jabatannya dan memenjarakannya lalu membentuk pemerintahan otoriter dan represif secara de facto, dan kami tidak setuju dengan hal tersebut," ujar Lopez Obrador, dikutipĀ Anadolu Agency.

Sejak pemakzulan Castillo oleh Kongres dan penangkapannya atas tuduhan korupsi dan pemberontakan, Lopez Obrador telah menolak untuk mengakui Bolartue sebagai pengganti Castillo yang sah dan mengutuk pemerintahannya sebagai pemerintahan yang otoriter dan tidak demokratis.

Lopez Obrador mengatakan bahwa pada intinya, kejatuhan Castillo dan naiknya Bolartue ke tampuk kekuasaan adalah untuk kepentingan para oligarki, terutama "oligarki asing" yang ingin menjarah sumber daya alam Peru seperti gas dan mineral-mineral strategis, "dan mereka harus memiliki boneka, pengecut, penguasa, dan Kongres."

Penggulingan Castillo dan naiknya Boluetue ke kursi kepresidenan memicu kemarahan massa di Peru, dengan para demonstran menuntut pengunduran diri dan pemilihan umum yang baru.

Sebagai tanggapan, pemerintahannya mencoba menegakkan ketertiban melalui konfrontasi dengan polisi, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 60 demonstran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: