Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Musim Kemarau Diperkirakan Akan Maju Lebih Awal, RI Bakal Darurat Kekeringan?

Musim Kemarau Diperkirakan Akan Maju Lebih Awal, RI Bakal Darurat Kekeringan? Petani melihat tanaman padi di area sawah tadah hujan Desa Pasi Jambu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (3/7). Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Barat, puluhan hektar tanaman padi yang berumur 30 sampai 40 hari di 11 kecamatan mengalami kekeringan akibat tidak tersedianya sumber air sehingga dikhawatirkan terancam mati dan puso. | Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Meteorlogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau tahun ini akan tiba lebih awal dari sebelumnya. Selain itu, curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya.

Adapun puncak musim kemarau 2023 diprediksikan terjadi di Agustus 2023.Adapun menurut perkiraan BMKG, wilayah yang akan memasuki musim kemarau lebih awal yakni Bali, NTB, NTT, sebagian besar Jawa Timur.

Sedangkan wilayah yang memasuki musim kemarau pada bulan Mei meliputi sebagian besar Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Pulau Sumatera bagian selatan, Papua bagian selatan.

Sementara itu, tambah dia, wilayah yang baru memasuki musim kemarau pada bulan Juni meliputi Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian Pulau Kalimantan bagian selatan, dan sebagian besar Pulau Sulawesi bagian utara.

Menyikapi situasi tersebut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menghimbau Kementerian atau lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya.

"Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih. Perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir," imbuhnya di Jakarta, kemarin.

Pemerintah daerah dan masyarakat, tambah dia dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: