Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kekerasan Digital Melalui Stalkerware Alami Penurunan Selama 2022

Kekerasan Digital Melalui Stalkerware Alami Penurunan Selama 2022 Kredit Foto: Unsplash/Arpad Czapp
Warta Ekonomi, Jakarta -

Laporan tahunan terbaru dari perusahaan global cybersecurity Kaspersky berjudul The State of Stalkerware mencatat penurunan jumlah orang secara global yang terpengaruh oleh penguntitan siber melalui stalkerware pada tahun 2022, dari 32.694 pada tahun 2021 menjadi 29.312 orang terpengaruh stalkerware pada tahun 2022.

"Ribuan orang setiap tahun menjadi korban dari stalkerware. Mengingat kaitannya yang jelas dengan kekerasan, ini adalah tren yang mengkhawatirkan, oleh karena itu kami bekerja di ujung spektrum yang berbeda untuk mengatasi masalah ini. Selain meningkatkan kesadaran, berbagi keahlian pakar, dan bekerja sama dengan mitra, Kaspersky kini telah memperbarui Peringatan Privasi kepada pengguna jika stalkerware ditemukan di perangkat mereka sehingga mereka akan diinformasikan bahwa pelaku akan mengetahui jika perangkat lunak tersebut dihapus," tutur Senior External Relations Manager di Kaspersky Christina Jankowski dikutip dari pernyataannya pada Kamis (16/3/2023).

"Alasan di balik ini sederhana, jika perangkat lunak dihapus, bukti bahwa stalkerware telah diinstal, dan jika pelaku kehilangan kendali atas perangkat, situasinya mungkin meningkat. Misi kami adalah untuk memastikan bahwa para korban memahami tindakan terbaik untuk memerikan hasil yang paling aman dan membalikkan tren terhadap kekerasan digital ini," tambah Christina.

Baca Juga: Gen Milenial Paling Peduli pada Keamanan Siber IoT Smart Home

Meski telah terjadi penurunan jumlah korban stalkerware yang dilaporkan pada tahun 2022, Kaspersky menegaskan bahwa masalah tersebut tidak akan hilang dengan sendirinya. Dari data Kaspersky Security Network tahun 2022, lima negara teratas yang paling terpengaruh oleh stalkerware antara lain mencakup Rusia, Brasil, India, Iran, dan Amerika Serikat yang kemudian diikuti oleh negara seperti Turki, Jerman, Arab Saudi, Yaman, dan Meksiko yang masuk ke dalam daftar 10 besar. Sementara itu, Indonesia berada di peringkat ke-19 negara paling terdampak stalkerware denga 269 pengguna terdampak stalkerware pada tahun 2022.

Wakil presiden dan manajer proyek di Una Casa per I'Uomo, Elena Gajotto menerangkan bahwa cyberstalking memiliki dampak nyata pada kehidupan nyata korban yang mengalaminya. Ada efek psikologis, fisik, dan sosial jangka menengah hingga panjang seperti yang bisa dilihat setiap harinya di pusat-pusat anti-violance. Cyberstalking ini mencakup berbagai jenis perilaku seperti perpesanan terus-menerus, memantau aktivitas korban, atau bentuk pengejaran online lainnya dan seperti yang dinyatakan oleh Kaspersky, mungkin cyberstalking juga hanyalah alat tambahan dalam perangkat penguntit.

"Oleh karena itu penting untuk menekankan bahaya dari fenomena ini. Masyarakat perlu lebih memperhatikan penderitaan akibat kekerasan digital. Untuk tujuan ini, kami bekerja dengan anggota kami serta berkolaborasi dengan Kaspersky dan semua mitra Coalition Against Stalkerware untuk mendukung para korban dan melatih para profesional yang bekerja di bidang kekerasan domestik secara lebih baik," ujar Elena.

Stalkerware merupakan perangkat lunak yang tersedia secara komersial yang dapat diinstal secara terpisah pada perangkat ponsel cerdas sehingga memungkinkan pelaku untuk mengawasi setiap langkah kehidupan pribadi seseorang tanpa sepengetahuan mereka. Karena pelaku memerlukan akses fisik dan kode ke suatu perangkat, stalkerware sering digunakan dalam hubungan yang kasar.

Meskipun data yang dikumpulkan oleh Kaspersky dianonimkan, penelitian lain menunjukkan bahwa sebagaian besar yang terpengaruh oleh bentuk kekerasan digital ini adalah perempuan. Penting untuk diingat bahwa kekerasan digital adalah dimensi lain dari kekerasan dan perlu dipahami sebagai rangkaian kekerasan offline dengan efek nyata dan negatif pada korban.

Manager Komunikasi di WWP EN Anna McKenzie menyampaikan bahwa di luar kebutuhan yang jelas akan regulasi hukum, peningkatan kapasitas, dan peninngkatan kesadaran umum tentang masalah digital, sangat penting dalam memberikan dukungan untuk melawan penyalahgunaan yang difasilitasi teknologi sejak usia dini dan disebarkan secara luas.

"Studi seperti laporan State of Stalkerware merupakan pemeriksaan penting pada status quo, tetapi kita harus berbuat lebih banyak untuk mengubahnya. Dengan #NoExcuse4Abuse yang dikembang dan diimplementasikan melalui kerja sama dengan Kaspersky, kami mengambil langkah pertama untuk mengatasi sikap sosial yang berbahaya terhadap stalkerware dan penyalahgunaan yang difasilitasi teknologi. Perangkat digital dan ruang online menawarkan lingkungan yang sempurna bagi hubungan yang kasar dan memperluas kendali atas kehidupan pasangan. Namun, memeriksa telepon, membaca email, mengetahui lokasi dan mengetahui kata sandi pasangan telah menjadi hal yang biasa sehingga pria seringkali bahkan tidak menyadari bahwa mereka menerapkan perilaku abusive dan hubungan yang kasar," jelas Anna.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: