Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjaga Peradaban Dunia, Upaya Perlindungan Kawasan Kars Maros-Pangkep

Menjaga Peradaban Dunia, Upaya Perlindungan Kawasan Kars Maros-Pangkep Kredit Foto: Perpustakaan Nasional
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kawasan kars Maros-Pangkep dikenal sebagai penghasil batu marmer dan semen dengan kualitas tinggi. Sudah banyak daerah serta negara-negara asing menggunakannya. Namun, eksploitasi yang membabi buta dikhawatirkan berdampak besar bagi kawasan kars Maros-Pangkep.

Hal ini pun mendorong Ketua Komisi E DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Muhammad Irfan AB, menulis buku berjudul Menjaga Warisan Peradaban Dunia yang kemudian diluncurkan dalam diskusi publik di Gedung Teater Lantai Dua Perpustakaan Nasional, Sabtu (18/3).

Baca Juga: Bedah Buku 'Revolusi Sepak Bola Indonesia', FAPSI: Kontribusi Para Akademisi Demi Kemajuan Sepak Bola Indonesia

"Penulisan buku ini merupakan langkah berani saya karena sebenarnya banyak yang berkompeten. Saya memberanikan diri karena hal ini harus terus diwacanakan. Pasti akan ada pertanyaan maupun kritik di dalamnya. Itu sudah menjadi konsekuensi penulis," ujar Irfan.

Ia melanjutkan, kawasan Kars Maros-Pangkep menyimpan banyak hal dan termasuk yang terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Bahkan, Negeri Tirai Bambu itu kini telah menutup pintu bagi korporasi-korporasi untuk melakukan eksploitasi.

"Kini pemerintah Tiongkok memberikan insentif bagi BUMN dan perusahaan swastanya untuk melakukan eksploitasi di luar. Bisa saja saat ini sudah terjadi di Indonesia," duganya.

Kemudian, sambung Irfan, kars Indonesia termasuk unik di dunia karena memiliki flora dan fauna khas yang tidak ditemui di negara-negara lain di dunia. Banyak warga negara asing menghabiskan waktu mereka untuk menetap berminggu-minggu hanya ingin mendengarkan suara hewan seperti burung tiap malam.

"Untuk kars kawasan Maros-Pangkep, belum lama ini ditemukan gua terdalam di dunia dengan kedalaman sekitar dua kilometer," serunya, "Bahkan, baru saja ditemukan batu cadas yang usianya diperkirakan mencapai 45 ribu tahun.

Irfan mengakui berbagai potensi tersebut cepat atau lambat akan punah. Apalagi, kars Maros-Pangkep dikenal sebagai produsen marmer dan semen. Proses eksploitasi akan berdampak buruk. "Bukan tak mungkin sejarah kita yang berusia 45 ribu akan musnah di beberapa tahun kemudian," ungkapnya.

Hal ini yang kemudian mendorong Irfan untuk menginisiasi terbitnya peraturan daerah (Perda) tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Esensial Pangkep-Maros.

Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, mengapresiasi Irfan yang telah mengejawantahkan isi bagaimana menjaga warisan peradaban dunia melalui Perda Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Esensial Maros-Pangkep.

"Berbicara warisan peradaban dunia di kars Maros-Pangkep, kalau tak ada visi seperti Irfan, takkan lahir buku yang mengupas isi dari perda tersebut," pujinya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: