Jenderal Denmark: Kritis, Ada yang Enggak Beres dalam Militer NATO
Orang kedua dalam komando militer Denmark telah memperingatkan bahwa negara itu masih bertahun-tahun lagi untuk memiliki tentara yang mampu bertempur, menurut komentar yang dibuatnya minggu ini kepada penyiar TV 2 milik pemerintah.
Brigadir Jenderal Henrik Lyhne mengatakan bahwa militer Denmark menghadapi apa yang disebutnya sebagai masalah kepegawaian terburuk dalam beberapa dekade terakhir --sebuah faktor yang menurutnya akan mempersulit upaya untuk memenuhi kewajiban Kopenhagen terhadap NATO.
Baca Juga: NATO Sudah Lakukan Eksperimen di Luar Batas Manusia di Balkan, Lihat Dampaknya
Dia menambahkan bahwa upah yang rendah dan perumahan personel di bawah standar telah berkontribusi pada eksodus dari angkatan bersenjata. Hal ini, pada gilirannya, telah menyebabkan masalah di Denmark dalam memasok pasukan ke sisi timur blok militer yang dipimpin AS di Latvia.
"Ini adalah panggilan darurat," kata Lynhe dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Senin.
"Situasinya sangat kritis, terutama karena kami kekurangan tentara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saya telah berada di angkatan bersenjata selama 40 tahun, dan tidak pernah terlihat seburuk ini," tambahnya.
Dia menambahkan bahwa sekitar 20-25% posisi di militer Denmark saat ini kosong, dan bahkan jika "lebih banyak uang disuntikkan segera" akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembalikannya ke standar sebelumnya.
Menurut Lyhne, salah satu masalah utama adalah ketidaksiapan Brigade Pertama Denmark, yang dikenal sebagai 'Tentara Pertama', yang kekurangan sekitar 1.000 tentara dari jumlah yang diharapkan yaitu 4.000 tentara, menurut memo internal dari Kementerian Pertahanan.
Menurut TV 2, yang melaporkan memo tersebut, dokumen itu menyatakan bahwa Denmark hanya memenuhi tiga dari 17 tujuan kekuatan NATO. Hal ini berkaitan dengan berbagai sasaran perangkat keras militer, seperti memberikan sistem pertahanan udara jarak pendek kepada tentara.
Hal ini telah menyebabkan teguran dari staf NATO serta Inggris dan AS, menurut laporan TV 2 tentang memo kementerian tersebut.
NATO menetapkan dalam evaluasi militer Denmark pada tahun 2020 bahwa sudah ada "defisit kritis" dalam militernya yang kemungkinan besar akan membuatnya "praktis tidak berguna dalam konflik yang tajam."
Menanggapi komentar Lyhne, pelaksana tugas menteri pertahanan Denmark Troels Lund Poulsen mengatakan kepada TV 2 minggu ini bahwa situasi militer negara itu "kritis."
Analis militer Denmark Jens Wenzel Kristofferson mempertanyakan, juga kepada TV 2, apakah Denmark dapat menganggap dirinya sebagai "sekutu inti" bagi NATO ketika negara itu tertinggal jauh di belakang dalam hal kebutuhan militer.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement