Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kasus Islamofobia di Amerika Terus Meroket Sejak Peristiwa Ini, Enggak Kaget!

Kasus Islamofobia di Amerika Terus Meroket Sejak Peristiwa Ini, Enggak Kaget! Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
Warta Ekonomi, Washington -

Keluhan tentang anti-Muslim di Amerika Serikat telah meningkat tiga kali lipat sejak 1995 dibandingkan setelah serangan teror 9/11.

“Untuk pertama kalinya, terjadi penurunan jumlah total kasus, khususnya penurunan sebesar 23 persen,” kata Koordinator Riset dan Advokasi Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) Ammar Ansari, dilansir di Anadolu Agency, Jumat (5/5/2023).

Baca Juga: Anwar Ibrahim & Syarikat Islam Dukung PBB Lawan Islamophobia di Dunia

Dengan adanya penurunan kasus dia merasa gembira melihat data tersebut mengingat data dari 1995 hingga hari ini, namun jumlahnya masih tiga kali lipat dibandingkan tahun-tahun setelah serangan 9/11.

Ansari mengatakan, menurut laporan kejahatan kebencian FBI yang diterbitkan setiap tahun, kejahatan kebencian di Amerika Serikat terhadap Muslim melonjak cepat setelah 9/11 dan masih menjadi tren yang meningkat di negara ini.

Islamofobia dilembagakan, diinstrumentasi, dan diinternalisasi di AS.

“Beberapa contoh di mana kita melihat Islamofobia dilembagakan adalah Patriot Act tak lama setelah 9/11, program CVE oleh pemerintahan Obama yang hampir secara eksklusif menargetkan Muslim melalui persepsi Islamofobia palsu, serta larangan Muslim oleh pemerintahan Trump,” kata Ansari.

Islamofobia digunakan oleh politikus dan aktivis anti-Muslim, think tank, dan media selalu mendorong agenda. Dan contoh klasik yang kita lihat adalah Trump akan mengatakan hal-hal seperti Islam membencinya pada hari-hari awal kampanye kepresidenannya pada 2015 sebagai strategi memecah-belah negara dan memenangkan kursi kepresidenan.

Ansari mengatakan Muslim di AS sering dirasialisasi sebagai Arab atau Asia Selatan.

“Jadi, pengalaman seorang Muslim Asia Selatan di Amerika jika dibandingkan dengan pengalaman seorang Muslim kulit hitam, misalnya, mereka berdua dapat menghadapi diskriminasi serupa atas dasar agama. Kita juga harus mengakui identitas ras mereka dapat membuat mereka tunduk dengan berbagai bentuk diskriminasi sistemik dan interpersonal di AS, seperti rasialisme anti-kulit hitam,” kata Ansari.

Tetapi hasil dari rasialisasi ini adalah komunitas non-Muslim pun menjadi sasaran Islamofobia. Jadi, orang pertama yang dibunuh dalam kejahatan rasial setelah 9/11 adalah seorang pria Amerika Sikh Punjabi, Balbir Singh Sodhi, di Arizona yang diprofilkan sebagai pria bertampang Arab oleh penembaknya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: