Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Aggressive Investment Strategy?

Apa Itu Aggressive Investment Strategy? Kredit Foto: Unsplash/Joshua Mayo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Aggressive investment strategy adalah strategi investasi agresif yang merupakan gaya manajemen portofolio dengan tujuan memaksimalkan pengembalian dengan mengambil tingkat risiko yang luar biasa tinggi. 

Strategi ini bertujuan untuk mencapai pengembalian yang lebih tinggi dari rata-rata seringkali menekankan apresiasi modal sebagai tujuan utama daripada pendapatan atau keamanan pokok. Strategi ini biasanya memerlukan pembobotan besar-besaran pada aset berisiko tinggi, dengan sedikit atau tanpa alokasi pada aset berisiko rendah.

Jenis portofolio ini sesuai untuk investor yang bersedia mengambil lebih banyak risiko agar berpotensi mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi. Meskipun tidak ada jaminan bahwa portofolio yang agresif akan mengungguli portofolio yang kurang berisiko, dalam jangka panjang, portofolio ini cenderung menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi. 

Baca Juga: Apa Itu Altcoin?

Portofolio ini biasanya melibatkan investasi dalam saham, yang dapat berubah-ubah dan mengalami perubahan harga yang tajam. Artinya ada potensi kerugian yang harus dipersiapkan secara finansial. Namun, jika Anda merasa nyaman dengan tingkat risiko ini dan bersedia menerima kerugian sesekali, strategi investasi yang agresif mungkin tepat untuk Anda.

Ada banyak strategi investasi berbeda yang dapat digunakan investor, dan masing-masing memiliki pro dan kontra sendiri. Strategi investasi yang agresif adalah salah satu yang melibatkan pengambilan lebih banyak risiko untuk berpotensi mencapai pengembalian yang lebih tinggi. Meskipun strategi ini bisa berisiko, strategi ini juga bisa bermanfaat jika dilakukan dengan benar.

Sebelum memutuskan apakah akan menggunakan strategi investasi yang agresif atau tidak, investor harus mempertimbangkan dengan hati-hati tujuan, toleransi risiko, dan cakrawala waktu mereka.

Strategi investasi yang agresif biasanya dianggap cocok untuk orang dewasa muda dengan ukuran portofolio yang lebih kecil. Karena cakrawala investasi yang panjang memungkinkan mereka untuk keluar dari fluktuasi pasar, dan kerugian di awal karir seseorang memiliki dampak yang lebih kecil daripada nanti, penasihat investasi tidak menganggap strategi ini cocok untuk orang lain kecuali kecuali strategi semacam itu hanya diterapkan pada sebagian kecil investasi seseorang. Terlepas dari usia investor, toleransi yang tinggi terhadap risiko merupakan prasyarat mutlak untuk strategi investasi yang agresif.

Agresivitas strategi investasi bergantung pada bobot relatif dari kelas aset dengan imbalan tinggi dan berisiko tinggi, seperti ekuitas dan komoditas, dalam portofolio.

Bahkan dalam komponen ekuitas dari portofolio yang agresif, komposisi saham dapat berpengaruh signifikan terhadap profil risikonya. Misalnya, jika komponen ekuitas hanya terdiri dari saham-saham blue-chip, risikonya dianggap lebih kecil dibandingkan jika portofolio hanya dimiliki oleh saham-saham kapitalisasi kecil.

Strategi investasi agresif juga dapat mencakup strategi perputaran tinggi, berusaha mengejar saham yang menunjukkan kinerja relatif tinggi dalam waktu singkat. Perputaran yang tinggi dapat menciptakan pengembalian yang lebih tinggi, tetapi juga dapat mendorong biaya transaksi yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan risiko kinerja yang buruk.

Ada banyak cara bagi investor untuk mengejar strategi investasi yang agresif. Berikut beberapa yang paling umum:

1. Aset berkapitalisasi kecil

Crypto atau saham dengan kapitalisasi kecil memberikan potensi untuk menghargai nilai lebih dari aset kapitalisasi besar. Harga dapat bertambah hingga dua kali lipat dari harga aslinya jika model bisnis berhasil dan mencapai pertumbuhan pendapatan yang substansial. Risikonya di sini adalah investor bisa kehilangan investasinya jika bisnisnya gagal.

2. Investasi Pasar Berkembang

Berinvestasi di pasar negara berkembang dapat dengan cepat bertambah seiring pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut. Risikonya adalah mungkin ada kekurangan lembaga dan tata kelola yang berkualitas di negara-negara tersebut. Akibatnya, terdapat risiko regulasi dan politik yang tinggi.

3. High-Yield Bonds

Obligasi dengan imbal hasil tinggi adalah sumber imbal hasil yang bagus bagi investor yang mencari pengembalian besar dan arus kas reguler. Ini adalah obligasi kupon tinggi dengan peringkat kredit di bawah peringkat investasi, sering disebut obligasi sampah. Risikonya adalah perusahaan penerbit bisa bangkrut, membuat obligasi tidak berharga.

4. Options Trading

Options Trading digunakan untuk berspekulasi pada pergerakan harga sekuritas. Mereka dibangun sebagai sekuritas non-linier, yang dapat menawarkan sumber pendapatan konstan pada saat volatilitas rendah atau menghasilkan hasil yang besar selama pergerakan pasar yang besar. Risikonya adalah investor bisa kehilangan lebih dari yang mereka hasilkan dari waktu ke waktu pada satu pergerakan pasar yang bertentangan dengan posisi mereka.

5. Private Investment

Investasi swasta atau putaran pendanaan swasta lebih disukai oleh investor terakreditasi. Jika berhasil, bisnisnya bisa berkembang pesat. Namun, selalu ada risiko yang terkait dengan kegagalan startup bahkan sebelum meluncurkan produk mereka.

Sementara strategi ini bergantung pada sikap pengambilan risiko investor, seseorang seharusnya hanya fokus pada pengambilan risiko yang telah diperhitungkan.

Misalnya, ketika berinvestasi di pasar crypto, seseorang mungkin lebih suka berinvestasi hanya di Bitcoin dan alts dino yang lebih stabil daripada memecoin yang menawarkan risiko/imbalan tinggi. Cara lain untuk mengurangi risiko adalah menggunakan pertukaran tepercaya seperti Binance, yang memiliki langkah-langkah keamanan yang wajar untuk melindungi dana pengguna.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Advertisement

Bagikan Artikel: