Dengan tema mengukur pengaruh cawe-cawe Jokowi pada pemilu 2024 terhadap preferensi plihan publik pada tokoh bakal presiden dan parpol, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melakukan survei dilakukan mulai tanggal 27 Mei-11 Juni dengan mengambil jumlah sample sebanyak 2.288 WNI yang sudah memiliki hak pilih saat pemilu 2.024 yang tersebar di 488 Kabupaten & Kota secara proposional sesuai besaran komposis DPT pemilu 2019.
Dari hasil penelitian ini didapati bahwa jumlah responden yang pernah memberikan hak pilih pada pemilu lalu sebanyak 65,6 persen dan yang baru akan memberikan hak pilihnya pada pemilu 2024 sebanyak 34,4 persen.
Direktur Eksekutif Panel Survei Indonesia Ahmad Loksukon S.Pd, mengatakan, bahwa untuk mengukur preferensi pilihan politik publik dalam penelitian ini yang jadi objek penelitian hanya pada tokoh bakal capres yang sangat mungkin bisa maju sebagai capres pada pilpres 2024 yaitu Airlangga Hartarto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto serta Parpol yang ada di DPR RI saat ini. Menurutnya hasil survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan batas margin of error -/+2,05.
"Dari hasil survei yang dilakukan PSI ditemukan bahwa sebanyak sebanyak 29,4 persen adalah responden yang memilih Jokowi pada pilpres 2019 dan sebanyak 20,4 persen merupakan pemilih Prabowo Subianto dan sebanyak 16,1 persen merupakan responden yang tidak memberikan hak suaranya di pilpres 2024 dan sebanyak 34,1 persen baru akan menjadi pemilih di Pemilu 2024," kata Ahmad Loksukon dalam keterangan tertulis, Senin (19/6/2023).
Ahmad Loksukon menyebutkan hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria penganti presiden Jokowi yang diinginkan oleh publik, sebanyak sebanyak 48,9 persen menginginkan pemimpin yang benar. Yang paham hati rakyat.
Juga tahu kebutuhan ekonomi dan sosial rakyat juga mau bekerja keras untuk rakyat kemudian sebanyak 51,1 persen menginginkan pemimpin yang berani dan punya pengalaman dan mengerti cara memajukan perekonomian negara.
"Hasil penelitian menunjukan jika pilpres digelar hari ini dari 4 tokoh mana yang dipilih sebagai presiden maka didapati responden yang memilih Jokowi pada pilpres 2019 sebanyak 38,1 persen memilih Airlangga, sebanyak 36,7 persen memilih Ganjar Pranowo dan sebanyak 10,1 persen memilih Prabowo Subianto dan sebanyak 5,6 persen memilih Anies Baswedan dan selebihnya belum menentukan pilihan," ucap Ahmad Loksukon.
Dia menjelaskan, hasil penelitian juga mendapati bahwa responden yang memilih Prabowo Subianto pada pilpres 2019 ketika diminta untuk memilih jika pilpres digelar hari ini sebanyak 33,2 persen akan kembali memilih Prabowo Subianto pada pilpres 2024 dan sebanyak 32,7 persen memilih Airlangga Hartarto, sebanyak 20,1 persen memilih Anies Baswedan dan memilih Ganjar Pranowo sebanyak 3,9 persen dan selebihnya belum menentukan pilihan.
"Hasil penelitian menemukan juga arah suara pemilih pemula, dimana ketika ditanyakan jika pilpres digelar hari ini, dari ke empat nama tokoh yang disimulasikan dalam penelitian , siapa yang akan dipilih sebagai presiden maka hasilnya Airlangga dipilih paling banyak dengan tingkat keterpilihan 36,4 persen, disusul diurutan kedua oleh Prabowo Subianto sebanyak 28,2 persen dan sebanyak 17,2 persen memilih Ganjar Pranowo dan sebanyak 7,9 persen memilih Anies Baswedan selebihnya belum menentukan pilihan," beber Ahmad Loksukon.
Sementara itu, hasil penelitian menunjukan jika pemilu digelar hari maka hasil pilihan responden menjadikan Partai Golkar jadi jawara pemilu 2024 yaitu hasilnya Golkar 19,2 persen, PDIP 17,6 persen, Gerindra 17,4 persen, PKB 6,8 persen, Demokrat 6,2 persen, PKS 5,1 persen , Perindo 4,2 persen, PSI 3,9 persen, PPP 3,1 persen,Nasdem 2.4 persen , PAN 2,3 persen dan Parpol lain dibawah 1 persen dan tidak memilih sebanyak 8,8 persen.
Hasil penelitian ini, memberikan catatan-catatan sebaran suara pemilih Jokowi dan Prabowo di mana pemilih Jokowi lebih banyak menjatuhkan pilihan pada Airlangga karena mereka beralasan kemajuan ekonomi di era Jokowi karena Airlangga dianggap sukses menjalankan visi misi pembangunan Jokowi dan terlihat juga lebih banyak kerja dibandingkan pencitraan, sedangkan pemilih Jokowi yang memilih Ganjar Pranowo didasarkan pada kesamaan ideologi, suku dengan Jokowi, Sementara kebersamaan Jokowi dan prabowo subianto di setiap even even tidak terlalu berdampak pada pemilih Jokowi untuk memilih Prabowo.
Sementara pemilih Prabowo Subianto yang masih loyal kepada Prabowo Subianto tersisa 32,7 persen saja sedangkan sebanyak 67,3 tersebar ke Airlangga , Anies Baswedan , dan yang memilih Ganjar Pranowo pun sangat kecil jumlahnya
begitu juga dengan sebaran pemilih pemula yang diawal pemerintahan periode kedua Jokowi yang dilanda Covid 19 sangat tahu dan mengerti bahwa Airlangga menjadi tokoh yang diberikan tanggung jawab untuk menanggulangi covid 19 dan memulihkan ekonomi oleh Jokowi , yang dinilai berhasil sehingga pemilih pemula lebih banyak memilih Airlangga Hartarto dibandingkan Prabowo Subianto yang tidak banyak berperan disaat covid karena posisi hanya sebagai Menhan, begitu juga Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan yang belum teruji secara nasional dalam menangani krisis sosial dan ekonomi akibat covid 19.
Menanggapi hasil survei Panel Survei Indonesia (PSI) Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Kalimah Wasis Lestari menilai bahwa hasil survei capres ini cukup mengejutkan mengingat nama Airlangga Hartarto jarang muncul dalam daftar potensial calon presiden 2024.
"Survei ini menarik untuk dilihat terutama hasil yang menujukkan bahwa Ketum Golkar memiliki elektabilitas tertinggi dalam kontestasi pemilu 2024. Meskipun demikian, terlepas dari hasil survei PSI, saya melihat bahwa ada baiknya Golkar turut mencalonkan Airlangga sebagai capres mengingat Golkar termasuk partai besar dan sudah seyogyanya memiliki kandidat dari partainya sendiri untuk ditampilkan,"
"Akan pula lebih menarik jika menggandeng tokoh populer seperti Anies atau Ridwan Kamil. Meskipun Anies telah didapuk oleh Nasdem sebagai bacapres 2024, namun dinamika politik sedang dalam putaran yang sangat cepat," kata Kalimah Wasis Lestari kepada awak media, Senin (19/6/2023).
Kalimah mengungkapkan, seharusnya issue ini bisa menjadi daya jual bagi Airlanga Hartarto untuk memenangkan perhatian rakyat. Terutama prestasi ekonomi Indonesia yang berhasil bangkit pasca pandemi.
"Sayangnya, selama ini yang paling banyak muncul di permukaan adalah Sri Mulyani yang menduduki jabatan sebagai Menteri Keuangan. Ailangga perlu untuk menunjukkan sejauh mana aksi yang dilakukan betul-betul berkontribusi dalam perekonomian negara. Selain itu, aktivitas simbolik seperti penghargaan dari Jokowi atas kinerja Airlangga bisa jadi salah satu upaya untuk menggeser lensa yang selama ini lebih menyorot Sri Mulyani ke arah Airlangga Hartarto," ucap Kalimah.
Ada peluang untuk menang di pilpres. karena Airlangga akan jadi pilihan alternatifdengan segudang prestasi di bidang ekonomil. Di sisa waktu yang sangat singkat ini perlu kerja ekstra oleh timses Airlangga untuk bisa melakukan perencanaan yang matang terutama terkait visi, misi dan program kerja yang nantinya akan dijual saat kampanye.
"Airlangga Hartarto akan menjadi menu baru bagi pemilih untuk tidak kembali hanya diberhadapkan dengan pilihan koalisi pendukung PDIP dan Gerindra," bebernya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement