Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bertahan hingga 64 Tahun, Barbie Jadi Budaya Pop Global

Bertahan hingga 64 Tahun, Barbie Jadi Budaya Pop Global Boneka Barbie | Kredit Foto: Instagram Barbie
Warta Ekonomi, Jakarta -

64 tahun sejak diluncurkan, Barbie jadi fenomenal lagi akhir-akhir ini. Gedung bioskop dipenuhi remaja-remaja berpakaian serba merah muda. Anak muda dengan sengaja memilih untuk mengenakan pakaian dan mengombinasikan warna merah muda sebagai keikutsertaannya atas budaya populer global yang mereka cintai, yaitu Barbie.

Barbie, sebuah boneka perempuan remaja, pertama kali diperkenalkan di American Toy Fair di New York City pada tahun 1959. Barbie menjadi boneka mainan pertama yang diproduksi secara massal.

CEO dan Co-founder Corporate Innovation Asia (CIAS), Indrawan Nugroho mengatakan bahwa Barbie berawal dari inspirasi seorang Ibu bernama Ruth Handler yang ingin membuat boneka dengan figur dewasa. Akhirnya ia bersama suami, Elliot Handler membangun perusahaan produksi mainan bernama Mattel.

Baca Juga: Belajar Etika Pemasaran Produk di Media Sosial Agar Bisnis Makin Cuan

“Cerita Barbie berawal saat Ruth Handler melihat putrinya Barbara bermain dengan boneka kertas dewasa dua dimensi. Ruth lalu punya ide untuk membuat boneka figur remaja dengan pakaian modis dalam bentuk tiga dimensi,” terang Indrawan, dikutip dari kanal Youtube-nya pada Jumat (4/8/2023).

Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Mattel pada tahun 1959, Barbie telah menjadi salah satu produk mainan terlaris pada masa itu. Pada tahun pertama, boneka Barbie sukses terjual 350.000 buah setelah dilakukan sebuah kampanye inspiratif.

“Ruth membuat kampanye iklan yang sangat menarik dan inovatif untuk Barbie, maka permintaan pun langsung melonjak. Barbie memantik imajinasi anak-anak di seluruh negeri dan penjualan Barbie pun meroket di tahun pertamanya,” imbuhnya.

Setiap tahun, Mattel merilis pakaian baru untuk Barbie yang mencerminkan tren mode saat itu. Hal ini membuat Barbie menjadi ikon mode sejak awal dan menjadikannya sebagai barometer budaya pop.

“Barbie dengan rambut pirang panjang, mata biru, dan bentuk tubuh ramping kemudian menjadi cermin dan definisi standar kecantikan Amerika pada saat itu,” imbuhnya lagi.

Barbie menghadirkan peran perempuan yang kuat dan mandiri dalam dunia mainan, memotivasi gadis-gadis muda untuk bermimpi dan mengejar mimpi mereka. Pada tahun 1965, Barbie tampil dalam berbagai peran dan profesi, maka kehadiran Barbie ini dinilai ikut memperluas posisi perempuan dalam berbagai profesi dan perannya di masyarakat.

“Berbagai film animasi dan serial televisi telah dibuat berdasarkan karakter Barbie, yang membawa nilai-nilai kehidupan kepada perempuan muda. Banyak dari mereka yang kemudian ingin menjadi sosok figur Barbie,” tuturnya.

Namun demikian, kesuksesan Barbie juga tidak terlepas dari kritik. Beberapa orang menganggap bahwa boneka ini dapat memberikan gambaran yang tidak realistis tentang tubuh perempuan dan memperkuat stereotip gender.

“Kritik Barbie menjadi masalah serius dan menimbulkan tantangan bagi perusahaan Mattel untuk terus berinovasi dan memastikan Barbie tetap relevan dan mencerminkan nilai-nilai yang sesuai dengan masyarakat modern,” pungkasnya.

Baca Juga: Cara INDICO Pertahankan Holding Startup di Bawah Perusahaan Korporasi

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: