Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia-Inggris Sepakat Perpanjang Program Kerja Sama Transisi Energi Rendah Karbon

Indonesia-Inggris Sepakat Perpanjang Program Kerja Sama Transisi Energi Rendah Karbon Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bersama Menteri Keamanan Energi dan Net Zero Inggris Graham Stuart meluncurkan Perpanjangan Kerja Sama Program Indonesia-Inggris Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (MENTARI).

Arifin mengatakan, awalnya program MENTARI dijadwalkan akan berakhir pada 2024, tapi sekarang diperpanjang hingga tahun 2027. 

"Inggris berkomitmen akan meningkatkan dukungannya dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) Indonesia. Inggris juga akan memberikan tambahan GBP 6,5 juta atau setara Rp135 miliar untuk mempertahankan dan meningkatkan inisiatif program tersebut," ujar Arifin dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (7/8/2023). 

Baca Juga: CCS/CCUS Berperan Penting dalam Capai Target NZE pada 2060

Arifin mengatakan, MENTARI telah menjadi mitra utama yang bekerja sama dengan Kementerian ESDM untuk meningkatkan perencanaan dan pengadaan energi terbarukan, baik untuk aplikasi on-grid maupun off-grid, mengedepankan kebijakan, serta rekomendasi dan kajian teknis.

"Mereka juga telah menyiasati beberapa proyek energi rendah karbon dan melaksanakan proyek percontohan di bagian Timur Indonesia," ujarnya. 

Selain program MENTARI, Inggris aktif mendukung Indonesia melalui berbagai program, termasuk Just Energy Transitions Partnership (JETP) dan Joint Economic and Trade Committee (JETCO).

"Kami proyeksikan bahwa kemitraan ini akan terus berkembang, mempromosikan kerja sama teknis, perdagangan berkelanjutan, dan investasi hijau antara kedua negara," ucapnya. 

Arifin juga menyampaikan bahwa Indonesia mengundang lebih banyak mitra internasional untuk mendukung transisi yang cepat dan efektif menuju target energi bersih Indonesia. Pasalnya, Indonesia membutuhkan investasi hingga US$1 triliun pada tahun 2060 untuk pembangkit dan transmisi energi terbarukan.

"Kebutuhan akan dukungan finansial akan semakin meningkat karena kami akan menerapkan pensiun dini pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, kami membuka peluang investasi dan kerja sama yang luas untuk mencapai target tersebut," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: