Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Miliki Kebun Kelas Satu, PalmCo Diyakini Mampu Kalahkan Perusahaan Sawit Terbesar di Asia

Miliki Kebun Kelas Satu, PalmCo Diyakini Mampu Kalahkan Perusahaan Sawit Terbesar di Asia Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PalmCo, sub holding PTPN Group, diyakini berpotensi kuat mengalahkan perusahaan sawit besar di Asia, seperti Sime Darby Plantation Malaysia dan Golden Agri-Resources Singapura hingga perusahaan-perusahaan sawit besar di dalam negeri.

Head of Industry Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan PalmCo memiliki modal utama untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan sawit terbesar di Asia, terutama eksisting lahan yang strategis dari sisi geografis.  

“PTPN itu istilahnya kalau sektor sawit itu kebun kelas satu itu. Pengusaha-pengusaha sawit terakhir ini kelas dua dan kelas tiga. Itu dilihat dari kesuburan geografis. Maksudnya geografis, kalau jauh ongkos transportasi dan distribusi mahal. Jadi PTPN ini potensinya besar banget. Simple, asetnya bagus. Kalau perkebunan ya asetnya tanah dan kebunnya,” jelasnya, di Jakarta, Jumat (11/8/2023). 
Baca Juga: Kinerja PTPN Group yang Meningkat Akan Berdampak Positif Pada PalmCo dan SupportingCo

Lebih jauh, dia mengatakan sederhana saja melihat potensi PalmCO, dari posisi awal asetnya sudah bagus, kemudian perbaikan manajemen dan balance sheet (neraca keuangan) sudah mulai dilakukan melalui transformasi perusahaan.

Antara lain, reorganisasi PTPN Group dari banyak perusahaan yang memiliki jenis bisnis sama digabung membentuk sub holding. Dia membandingkan kebijakan di PTPN dan PT Semen Indonesia yang juga menggabungkan tiga perusaahan semen.

“Emang arahnya (pembentukan PalmCo) bagus, seperti di semen. Mereka itukan sebenarnya karakter bisnisnya itu sama. Mereka buat dari beberapa perusahaan, Ada skala ekonomis, semua bergerak dibidang yang sama. Itu yang sebetulnya nanti arahnya ke sana,” ujarnya.

Untuk aset eksisting dan tanaman tua, menurutnya, tinggal dilakukan replanting atau peremejaan tanaman, sehingga produktivitas meningkat. Kemudian, perbaikan balance sheet, termasuk melanjutkan restrukturisasi utang dari laporan keuangan tahun 2020 yang sedang berjalan.

“Balance sheet itu dibagusi. Biar cantik nanti IPO-nya. Utang-utang diberesi. Yang penting adalah perbaikan manajemen, pengelolaan kalau teknis pemeliharaan dan perawatan, sehingga produktivitasnya meningkat,” paparnya.

Sedangkan, jika neraca keuangan telah baik, maka investasi akan masuk. Bahkan, jika diperlukan penarikan utang baru, masih akan tetap diminati investor karena pinjaman dipastikan digunakan membiayai kegiatan produktif di perusahaan. 

Satu hal yang tidak kalah pentingnya, tambah Dendi adalah pembenahan manajemen, sehingga semua strategi bisnis berjalan efisien dan konsisten. Selanjutnya, tambahnya lagi, perlu dipikirkan untuk pengembangan hilirisasinya dan memperkuat industri processing.

“Kalau kebun sudah produktif, balance sheet sudah bagus dan manajemen mendukung, maka PalmCo akan punya kemampuan menarik moral. Jadi, bisa bangun processing industrinya. Tidak berhenti di CPO, tapi bisa ke oleochemical dan produk-produk turunan sawit, nanti arahnya ke sana. Itu pada akhirnya langkah lanjutan ke sana,” ujarnya. 

Secara umum, dia mengatakan pembentukan PalmCo ini memberikan harapan baru bagi BUMN perkebunan karena sangat potensial untuk dikembangkan menjadi perusahaan sawit kelas dunia.

“Asetnya bagus sekali PTPN itu. Itu Bagus sekali dari sisi kesuburan dan geografis, mereka rata-rata letaknya sangat strategis dan infrastrukturnya juga sangat strategis. Pergi aja ke kebun PTPN di sekitar Sumatera Utara, kebunnya sangat bagus, memang itu manajemen dan produktivitas yang perlu diperbaiki,” sambung Dendi Ramdani.

Baca Juga: Ini Kontribusi Positif PalmCo Terhadap Masa Depan Industri Sawit Nasional

Seperti diketahui, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengumumkan rencana penggabungan 13 perusahaan di bawah Holding Perkebunan Nusantara menjadi dua Sub Holding, tahun lalu.

PalmCo menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas perkebunan, serta kapasitas produksi komoditas olahan sawit, termasuk hasil panen tandan buah segar (TBS), serta kapasitas produksi crude palm oil (CPO), minyak nabati dan minyak goreng.

Selain letaknya strategis, lahan PalmCo juga sudah mengalahkan dua perusahaan sawit terbesar di Asia itu. Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII akan bergabung ke dalam PTPN IV untuk membentuk sub holding PalmCo, sehingga luas lahan konsolidasi sekitar 600 ribu hingga 700 ribu hektare.

Luasan ini lebih besar dibandingkan lahan milik Sime Darby yang terdiri dari land bank seluas 266.488 ha dan area tertanam 193.758 ha. Lahan PalmCo juga lebih luas dari luas tanaman Golden Agri yang diketahui sekitar 485.606 ha.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: