Window dressing menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu para investor dan trader untuk profit taking jelang akhir tahun. Di momen ini perusahaan publik (emiten) dan manajer investasi biasanya mempercantik kinerja keuangan dan portofolio bisnis untuk memikat investor.
Mereka memoles diri dengan mengalihkan sejumlah aset dari bagian yang memiliki kinerja buruk ke bagian yang lebih menguntungkan untuk memberikan kesan bahwa kinerja portofolio atau bisnis secara keseluruhan lebih baik. Menariknya, secara historis window dressing ini juga menjadi katalis positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Window dressing menjadi moment angin segar bagi IHSG yang biasa terjadi pada kuartal IV atau akhir tahun. Pada periode ini Manajer Investasi (MI) mempercantik isi portofolio kelolaannya dengan menambah bobot pada saham-saham yang berkinerja baik. Tujuannya adalah agar kinerja dari reksa dana yang dikelola juga mengalami kenaikan kinerja," tegas Community Lead IPOT, Angga Septianus di Jakarta pada Sabtu, 2 September 2023.
Baca Juga: Saham IPO Banyak yang Ambyar, Begini Trik Cara Lihat Saham yang Berkualitas
Ia menambahkan dalam 10 tahun terakhir IHSG hanya pernah ditutup melemah 1 kali dan terjadi di tahun 2022 dengan pelemahan 3,26% selama bulan Desember tersebut. Rata-rata penguatan IHSG di Desember sejak tahun 2014-2022 sebesar 2,84% dan yang tertinggi dibandingkan bulan lainnya.
Terkait sektor-sektor yang berpotensi terkerek momen window dressing 2023, jelasnya, saham-saham yang memiliki porsi besar pada produk reksa dana dari mayoritas Manajer Investasi dan berkinerja baik pada tahun ini menjadi saham yang layak dikoleksi, seperti saham sektor perbankan, ritel, properti dan otomotif.
Lantas seperti apa tip biar tidak ketinggalan kereta untuk profit taking dari momen window dressing 2023? Berikut ini tip dari IPOT yang wajib dipahami.
1. Cermati Rekam Jejak Fundamental Emiten
Investor atau trader sebaiknya memerhatikan rekam jejak (track record) saham-saham dengan fundamental yang konsisten baik. Berbicara soal fundamental ini, ia menyarankan untuk mencermati saham-saham blue chip. Saham blue chip mengacu pada saham dari perusahaan-perusahaan besar, mapan, dan biasanya terkemuka dalam industri mereka.
Baca Juga: Mengulik Seberapa Besar Masalah Krisis Properti China dan Dampaknya ke Pasar Saham Indonesia
Saham blue chip sering dianggap sebagai investasi yang lebih stabil dan kurang berisiko dibandingkan dengan saham dari perusahaan yang lebih kecil atau yang memiliki profil risiko yang lebih tinggi.
"Secara fundamental saham blue chip cenderung memiliki catatan keuangan yang stabil dan kuat. Mereka sering memiliki pendapatan yang konsisten, pertumbuhan yang moderat dan keuntungan yang relatif aman dari fluktuasi pasar," tandasnya.
2. Sahamnya Sedang Uptrend
Saham uptrend merujuk pada saham yang sedang mengalami tren kenaikan atau pertumbuhan. Dalam konteks pasar saham, uptrend adalah pola pergerakan harga saham yang cenderung naik secara berkelanjutan dalam mingguan, bulanan atau tahunan.
"Ketika saham sedang uptrend, harga cenderung mengalami peningkatan yang berkelanjutan seiring berjalannya waktu. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti kinerja positif perusahaan, pertumbuhan pendapatan, berita positif, tren industri yang kuat, atau sentimen positif di pasar," tegasnya.
3. Miliki Saham Sebelum Periode Window Dressing
Biar bener-benar tidak ketinggalan kereta, ia menyarankan investor atau trader untuk memiliki saham yang berpotensi profit sebelum periode window dressing jelang akhir tahun November-Desember. Saat ini adalah saat yang tepat untuk mulai melirik saham-saham yang berpotensi profit tersebut
"Profit taking tentunya dilakukan saat target yang diinginkan sesuai trading plan sudah tercapai," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement