Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies dan Nasdem Pilih Muhaimin, AHY: Kata Maaf Dijadikan Obat yang murah,untuk Pengingkaran

Anies dan Nasdem Pilih Muhaimin, AHY: Kata Maaf Dijadikan Obat yang murah,untuk Pengingkaran Kredit Foto: Instagram/Agus Harimurti Yudhoyono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) angkat bicara terkait keputusan Anies Baswedan dan Nasdem memilih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai bakal cawapres pendampingnya.

AHY mengaku memahami kekecewaan para kader Demokrat dengan langkah Anies dan Nasdem padahal Demokrat dan PKS adalah sekondan Koalisi untuk Perubahan.

Berikut poin-poin yang disampaikan AHY terkait duet Anies-Muhaimin.

"Saya bisa memahami dan merasakan apa yang ada di hati dan pikiran para kader Demokrat. Berkecamuk, juga beraduk, antara marah, kecewa dan sedih. Ada yang memilih untuk diam, tapi tidak sedikit yang kemudian mengekspresikannya di ruang-ruang publik. Sekali lagi saya bisa merasakannya.

Namun, saya mengajak kita semua untuk sabar dan ikhlas menerima kenyataan ini. Pasti ada rencana Tuhan, yang jauh lebih baik, untuk kita semua. Mungkin saat ini kita belum tahu persis apa bentuknya.

Tapi yang jelas, sebagai pemimpin, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, saya bangga sekaligus terharu, atas ketegaran, kesetiaan, soliditas dan solidaritas seluruh kader dan simpatisan Partai Demokrat, dalam menghadapi ujian dan tantangan ini.

Saya juga berterima kasih, karena itu semua yang telah membuat perahu besar ini tetap kokoh, di tengah badai.

Saya tahu, para kader Demokrat marah dan kecewa, bukan karena Ketumnya tidak jadi Cawapres, tapi karena perjuangan Demokrat telah dilukai oleh mereka yang tidak jujur, serta telah melanggar komitmen dankesepakatan.

Bagi Demokrat, ini sesuatu yang fundamental.Artinya, kita mendambakan praktik-praktik yang baik. Kita juga tidak ingin seolah semuanya bisa, asal tidak boleh kalah. Cara tidak boleh menikam tujuanKomitmen menjadi barang yang langka.

Kata maaf dijadikan obat yang murah, untuk pengingkaran atas sebuah komitmen. Ini tentu berbahaya.

Jika dibiarkan, bisa menjadi budaya; menjadi sebuah pembenaran. Lambat laun, bisa membentuk karakter bangsa yang tidak bertanggung jawab.

Tentu sekali lagi, kami tidak akan membiarkan itu terjadi. Untuk itu, kami tidak akan menyerah, untuk terus memperjuangkan nilai dan etika dalam kehidupan politik dan demokrasi kita," tulis AHY.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: