HashMicro Catat Kenaikan Permintaan Sistem ERP hingga 300%: Ini Peluang
Perusahaan rintisan (startup) penyedia solusi perencanaan sumber daya perusahaan atau enterprise resource planning (ERP) yang berbasis di Singapura dan Indonesia, HashMicro, mencatat adanya kenaikan permintaan sistem ERP hingga 300% dari tahun 2022.
Secara umum, ukuran pasar global perangkat lunak ERP bernilai sekitar US$53,77 miliar (Rp843 triliun) pada tahun 2022 dan diperkirakan akan tumbuh sekitar US$23,42 miliar (Rp367 triliun) tahun 2023, dengan pertumbuhan sekitar 11,1% antara 2023 sampai 2030, menurut data dari FNF Research. Penyebabnya, kenaikan ini dipicu oleh permintaan pasar akan teknologi otomasi dan digitalisasi bisnis juga mengarah ke tren positif, termasuk di Indonesia.
Ditambah lagi, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian menjelaskan bahwa potensi ekonomi digital ASEAN diperkirakan dapat naik hingga US$2 triliun pada 2030, 40% dari angka tersebut berasal dari Indonesia. Artinya, Indonesia siap mengakselerasi implementasi bisnis berbasis digital.
Baca Juga: Sekilas tentang HashMicro Academy, Program Pendidikan untuk Pelajar dan Ciptakan Lapangan Kerja
Senada dengan data-data tersebut, Co-founder dan Business Development Director HashMicro, Lusiana Lu mengatakan bahwa pihaknya mencatat kenaikan permintaan sistem ERP hingga 300% dari tahun 2022. Menurutnya, permintaan sebelumnya lebih banyak datang dari perusahaan besar, kini datang dari perusahaan berskala menengah yang cukup tinggi.
“Ini menunjukkan kesadaran perusahaan berkembang untuk mengontrol dan berinovasi dengan bantuan teknologi semakin meningkat,” kata Lusiana di acara media briefing bersama HashMicro di Jakarta pada Rabu (11/10/2023).
Alhasil, HashMicro melihat tren ini sebagai sebuah peluang untuk memberikan kontribusi lebih terhadap perkembangan bisnis di Indonesia. Pasalnya, pengembangan infrastruktur digital di Indonesia, khususnya software bisnis, masih ditujukan untuk perusahaan besar dan perusahaan kecil (mikro). Sejauh ini, belum ada solusi yang cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan perusahaan skala menengah. Padahal, dengan bantuan teknologi yang tepat, perusahaan skala menengah bisa menyumbang pertumbuhan ekonomi digital Indonesia secara signifikan.
Karena itu, HashMicro melakukan riset mendalam untuk merancang beberapa model sistem ERP untuk kebutuhan bisnis skala menengah dan memastikan bahwa sistem untuk perusahaan skala menengah tetap komprehensif, end-to-end, dan tidak sekompleks sistem ERP yang umumnya digunakan oleh perusahaan besar.
Lusiana menjelaskan bahwa HashMicro sebenarnya memahami kemauan perusahaan untuk berinvestasi pada sistem ERP berbeda-beda.
“Ini menjadi tantangan bagi kami untuk menghasilkan sebuah sistem yang bisa fit in dari segi nilai investasi dan solusi yang ditawarkan, sehingga perusahaan dapat mendapatkan return on investment (ROI) yang maksimal,” pungkasnya.
Soal ROI, HashMicro melakukan riset internal bahwa perusahaan dapat mulai merasakan peningkatan operasional dalam kurun waktu enam bulan setelah implementasi sistem ERP. Apa saja dampaknya?
Pertama, biaya operasional lebih hemat hingga 30% karena proses lebih ramping. Kedua, peningkatan kepuasan pelanggan hingga 25% berkat respons cepat terhadap kebutuhan pelanggan. Ketiga, akurasi data lebih baik hingga 85%, sehingga dapat membantu perusahaan menghasilkan keputusan yang tepat.
Didirikan pada tahun 2015, HashMicro kini memiliki lebih dari 500 karyawan, dengan 1.750 klien di sekitar 25 negara, dan 25 ribu pengguna. Kliennya seperti Bank Mega, Bank of China, BTPN, Askrindo, Asuransi Sompo, Pertamina, Toyota, Forbes Asia, Kementerian Agama, dan perusahaan terkemuka lainnya.
Baca Juga: Gelar RUPSLB, Venteny Bertekad Ekspansi Bisnis dan Mengembangkan Teknologi
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement