Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa Berdiri Akibat Urgensi Masalah Kesehatan Jiwa yang Makin Memprihatinkan

Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa Berdiri Akibat Urgensi Masalah Kesehatan Jiwa yang Makin Memprihatinkan Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Isu kesehatan jiwa disebut bisa mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia lantaran saat ini Indonesia mengalami darurat kesehatan jiwa.

Hal ini terungkap dalam diskusi yang diselenggarakan dalam rangka deklarasi dan diskusi publik Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa di Auditorium Perpustakaan Nasional, Selasa (14/11/2023).

Salah satu inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa dan Mantan Menteri Kesehatan, Nila Moeloek mengungkapkan berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 1 dari 10 orang Indonesia mengalami gangguan jiwa.

"Kami dari Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa mengikonfirmasikan bahwa hal itu memang terjadi terutama potensi kesehatan jiwa yang serius pada 1.000 hari pertama kehidupan, remaja, pekerja, dan lanjut usia," ucapnya di Jakarta Selasa (14/11/2023). 

Nila melanjutkan bahwa isu kesehatan jiwa menjadi tugas bersama terlebih Indonesia disebut memiliki bonus demokrasi yang bagus sehingga bisa dimanfaatkan dengan baik.

"Kami sadar bahwa tugas ini  tidak menjadi tanggungjawab pemerintah semata, tapi seluruh komponen anak bangsa wajib berperang dan ini menjadi motivasi kami untuk membentuk masyarakat yang sehat fisik dan juga sehat jiwa," ucap Nila.

Baca Juga: Indonesia Patut Berbangga, Banyak Negara Kepincut Pelajari Program JKN BPJS Kesehatan

Mengutip studi yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF), salah satu inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, Dr. Ray Wagiu Basrowi mengatakan, tren kerugian ekonomi global bisa mencapai 1 triliun dolar per tahun. 

Bahkan, ia menyebut, gangguan kesehatan jiwa pekerja menjadi penyumbang dominan kerugian ekonomi. Angka itu dihitung pada 12 miliar hari kerja produktif. 

Sebaliknya, kata Ray, bila perusahaan mau menginvestasikan program konseling dan promosi kesehatan jiwa maka akan diperoleh return of investment yang lebih besar, diperkirakan 2,3 kali lebih besar. RoI ini dalam bentuk berkurangnya absensi dan penurunan klaim pembiayaan penyakit.

Ray Basrowi menyebut bahwa, pendirian Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa didasari urgensi masalah kesehatan jiwa yang semakin hari semakin memprihatinkan. 

"Kaukus ini merupakan gerakan bersama berbasis komunitas yang akan melakukan kegiatan riset, edukasi, advokasi, aksi pencegahan dan mitigasi karena tidak ada kesehatan fisik tanpa kesehatan jiwa," ucap dia.

Dalam rencana aktivitasnya, Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa akan mendorong para pihak baik pemerintah, perguruan tinggi, akademisi, praktisi, organisasi masyarakat dan komunitas, industri, media massa, serta key opinion leader untuk menjadikan kesehatan jiwa sebagai isu sentral dan prioritas untuk membangun generasi yang sehat jiwa dan raga.

Ray Basrowi juga mengutip hasil studi yang dilakukan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa. 

Studi yang dilakukan Oktober 2023 memperoleh temuan bahwa kelompok sasaran yang terkena isu kesehatan jiwa adalah kalangan ibu dan balita, anak usia sekolah, remaja, usia produktif, dan kelompok rentan.

Sebagai contoh, Ray mengungkapkan seorang ibu muda bernama Cita berumur 21 tahun yang bekerja sebagai buruh pabrik yang mengalami stress post partum dan depresi akibat dia ketika menjadi seorang ibu tidak bisa memberikan asi eksklusif.

Baca Juga: Memastikan Kesehatan Mental Penyandang Disabilitas

"Sesimpel seorang ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif ke anak bisa menyebabkan depresi. Cita ini seorang ibu yang setelah melahirkan lalu bekerja hingga 4 bulan bekerja dia mengalami penurunan performa hingga 80 persen, setelah diperiksa dan didiagnosis kita berikan bimbingan dan penanganan," ucapnya.

Selain itu Ray juga memberikan dua contoh lain yaitu seorang pemuda yang bekerja sebagai content creator yang mengalami bipolar akibat pandemi Covid-19 dan ingin tiga kali bunuh diri. Kemudian ada juga anak berumur 7 tahun dari Pandeglang yang didiagnosis PTSD akibat riwayat perundungan di keluarga.

Oleh karena itu, Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek dan , Dr. Ray W. Basrowi bersama Prof. Dr. FX Mudji Sutrisno, SJ., Prof. Dr. Drs. Semiarto Aji Purwanto, M.Si., Dr. Adriana Elisabeth, Maria Ekowati, dan Kristin Samah menginisiasi Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.

Lebih lanjut, terkait dampak ekonomi masalah kesehatan jiwa, Ray mengungkapkan laporan MoneyWatch 2022 yang menyebut kerugian finansial akibat status kesehatan jiwa yang buruk pada pekerja di Amerika Serikat mencapai 48 miliar dolar dalam setahun. 

Di Inggris, Forbes melaporkan kerugian sektor industri oleh sebab yang sama mencapai 70 miliar pounsterling, untuk rentang waktu dua tahun terakhir.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: