Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Melempem, Nasdem Solusinya Bukan Borong Dolar

Rupiah Melempem, Nasdem Solusinya Bukan Borong Dolar Israel | Kredit Foto: Instagram/Israel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konflik Iran dan Israel turut berdampak pada nilai tukar rupiah. Kini, rupiah terhadap dollar AS tembus Rp. 16.200. Teranyar, Menteri BUMN Erick Tohir meminta semua BUMN antisipasi gejolak ekonomi imbas konflik global.

Merespons hal ini, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI F-NasDem Martin Manurung menilai saat ini yang paling penting adalah diplomasi ekonomi. 

"Diplomasi ekonomi ini baik menteri luar negeri maupun menteri-menteri yang di sektor ekonomi itu harus aktif melakukan diplomasi ekonomi ke berbagai negara yang kita punya hubungan perdagangan baik kita mengekspor maupun kita mengimpor. Toh sama-sama membutuhkan juga,” ujar Martin, Sabtu (20/4/24)

Bagi Martin, solusinya bukan menumpuk atau memborong dolar, BUMN juga tak mungkin diserahkan tanggungjawab menstabilkan rupiah.

"Itu kan kerjaan BI. Jadi, jangan gegara kebutuhan menstabilkan rupiah, BUMN-nya kemudian jadi korban juga. Karena mereka kan butuh bahan baku dan segala macam, yang mungkin dibeli dengan dolar kan. Kalau nilainya naik terus atau tidak bisa stabil dalam waktu dekat kan berpengaruh juga ke kondisi keuangan BUMN-nya,” papar Martin.

Lebih lanjut, menyikapi situasi saat ini, Martin memandang pemerintah perlu segera aktif melakukan diplomasi ekonomi. Kementerian Luar Negeri bergandengan tangan dengan Kementerian terkait dan menjalankan misi tersebut.

"Kemlu harus hand in hand misalnya dengan Kementerian Perdagangan dengan Kemenperin ya yang terkait atau mungkin juga di situ dengan komitmen-komitmen investasi-investasi yang sudah ada,” beber Ketua DPP NasDem Bidang Hub Internasional ini.

“Hubungan dagang ini bisa enggak misalnya: ada asuransi yang lebih hadging terhadap nilai tukar atau menggunakan mata uang lain yang diterima oleh kedua belah pihak. Jadi, jangan kita jadi berurusan sama dollarnya, karena dollar menguat kepada seluruh mata uang juga. Bukan hanya Indonesia yang terganggu terhadap naiknya nilai tukar dollar itu. Jadi, jangan kemudian terjebak di perdebatan itu,” pungkas legislator dapil Sumut ini.

Fakta di lapangan sudah membuktikan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Biaya impor bahan baku dan pangan juga berpotensi makin mahal karena gangguan rantai pasok, hal ini diprediksi akan menggerus neraca perdagangan Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: