Berdayakan dan Penuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat Rentan, Regional Indonesia Timur Raih Penghargaan Internasional Best Practice GCSA 2024
Komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat rentan komunitas adat (indigeneous people) di pedalaman Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah, petani garam konvensional di pesisir Bangkalan Madura, dan pemenuhan kebutuhan dasar air bersih di Sorong Papua, membawa Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina meraih tiga penghargaan internasional kategori Best Practice dalam ajang Global Corporate Sustainability Award yang digelar oleh Taiwan Institute for Sustainable Energy (TAISE) pada Rabu (20/11) di Taipei, Taiwan.
Penghargaan diberikan kepada Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) dalam Program Kokolomboi Lestari, PEP Papua Field dalam Program Air Bersih dan PHE WMO dalam Program Salt Centre Terintegrasi.
Penghargaan ini diberikan kepada perusahaan, organisasi, dan inidividu atas kontribusi mereka dalam upaya mewujudkan keberlanjutan. Penyerahan penghargaan dilaksanakan di sela Global Corporate Sustainability Forum (GCSF) yang diberikan dalam dua kategori yakni pelaporan keberlanjutan (sustainability report) dan praktik terbaik (best practice).
"Dalam menjalankan tugas mendukung ketersediaan energi nasional, Regional Indonesia Timur berkomitmen memberikan manfaat jangka panjang kepada pemangku kepentingan utamanya masyarakat dimana kami beroperasi. Terlebih lagi Indonesia Timur masih menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesetaraan khususnya bagi masyarakat rentan yakni komunitas adat di Sulawesi, petani garam konvensional di pesisir Bangkalan, Madura dan masyarakat pra sejahtera di Papua. Penghargaan ini menjadi pengakuan atas komitmen keberlanjutan kami yang sejalan dengan kerangka global," ujar Senior Manager Relations Fitri Erika.
Program Kokolomboi Lestari berlokasi di Desa Leme-Leme Darat, Kec. Bungko, Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah yang menyasar kaum rentan kelompok adat Togong Tanga. Komunitas ini mengalami keterbatasan akses terhadap sumber daya dan akses utama terhadap sumber pemenuhan kebutuhan hidup.
Melalui pengembangan kawasan konservasi berbasis masyarakat adat, mendorong masyarakat adat untuk mengelola sumber daya hutan secara berkelanjutan melalui hilirisasi komoditas madu sekaligus pengembangan kawasan eko-edu wisata minat khusus.
Saat ini, masyarakat Adat Togong-Tanga berhasil mengembangkan kawasan konservasi berbasis masyarakat lainnya di 6 Desa sekitar Kokolomboi melalui pelibatan 300 anggota dan memberikan peningkatan pendapatan sebesar Rp 1.445.000 - Rp 8.547.534/ bulan serta menjadi pioneer dan pendamping dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di kabupaten Bangga Kepulauan.
Program Air Bersih Berbasis Pemberdayaan Masyarakat merupakan program pemenuhan kebutuhan dasar air bersih untuk masyarakat prasejahtera di Distrik Klasefet dan Klamono, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Sebelum program, masyarakat memenuhi kebutuhan air bersih dari tampungan air hujan dan air sungai yang tidak layak dikonsumsi.
Program ini mendorong masyarakat untuk terlibat di dalam pengolahan air memanfaatkan teknologi bak sedimentasi dan filtrasi berbahan lokal. Kekeruhan dan derajad keasaman air berhasil diturunkan menjadi 174 mg/l dan 7, dari semula 280 mg/l dan 8,4. Di samping itu, program ini turut mengimplementasikan teknologi panel surya untuk operasional pompa air, sejalan dengan program perusahaan untuk mengurangi emisi karbon dan pengendalian penggunaan air tanah sebesar 64.605 m2.
Sejumlah 1.808 kepala keluarga di dua distrik telah merasakan air bersih yang bersumber dari program ini. Masyarakat mampu menghemat pengeluaran biaya untuk air bersih, dari 3,2 juta rupiah per KK per tahun menjadi 600 ribu rupiah per KK per tahun.
Program Salt Centre Terintegrasi yang berlokasi di Desa Banyusangka, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan - Jawa Timur menyasar kaum rentan yakni petani garam konvensional. Kelompok ini mengalami keterbatasan akses dan juga aset dalam peningkatan kualitas NaCl dan jumlah produksi garam untuk memenuhi kebutuhan lokal khususnya bagi para pengrajin ikan asin di Desa Banyusangka.
Melalui pengembangan Salt Centre Terintegrasi dengan menerapkan teknologi tepat guna, program yang dikelola oleh BUMDes Wijaya Kusuma ini telah berhasil meningkatkan kualitas NaCl mencapai 94,07% (di atas standart SNI) dan mampu meningkatkan kuantitas produksi garam mencapai lebih dari 54 ton.
Melalui inovasi yang telah dikembangkan ini, Program Salt Centre Terintegrasi tidak hanya sekedar program yang mampu memenuhi kebutuhan garam, tetapi juga mampu menciptakan multiplier effect dengan keterlibatan kaum perempuan dalam membuat olahan produk pangan dan non pangan yang berbahan dasar garam. Program ini juga berhasil menjadi lokasi percontohan pengelolaan garam dan telah membuat modul belajar berISBN yang dapat diakses bagi seluruh masyarakat.
Fitri menambahkan kinerja keberlanjutan perusahaan dilaksanakan dalam kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG) dan mendukung agenda internasional Sustainable Development Goals, utamanya tujuan 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak, tujuan 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim, tujuan 15 Ekosistem Daratan dan tujuan 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement