Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ramai-ramai Ekonom Peringati Prabowo Soal PPN 12%, Kenapa?

Ramai-ramai Ekonom Peringati Prabowo Soal PPN 12%, Kenapa? Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Para ekonom ramai-ramai memberikan alarm peringatan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk segera membatalkan rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%. Hal ini mengingat survei konsumen Bank Indonesia (BI) pada Oktober 2024 yang menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level paling rendah selama 2 tahun terakhir.

Dalam keterangannya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), M. Faisal, menilai jika pelemahan IKK tersebut merupakan anomaly. Pasalnya, tren pelemahan itu terjadi ketika Indonesia berada dalam keadaan ekonomi yang relatif normal.

Baca Juga: Kurang Puas dengan Komposisi di Kabinet Prabowo-Gibran, Founder LQ Indonesia Law Firm Bahas Tantangan Pemberantasan Mafia Hukum

"Dalam kondisi ekonomi yang normal tentu saja penurunan ini perlu diperhatikan adanya perlambatan," kata Faisal, dikutip Selasa (12/11/2024).

Melihat kondisi itu, dia menyarankan kepada pemerintah untuk tidak asal membuat kebijakan yang kontraproduktif dengan keyakinan konsumen mengenai kondisi perekonomiannya ke depan. menurut dia, salah satu kebijakan yang bisa ditempuh yakni membatalkan rencana kenaikan PPN menjadi 12%.

"Kalau kebijakan ke depannya tidak berusaha untuk membalikan keadaan ini, tapi justru memperparah, ini bisa semakin menekan konsumsi rumah tangga," jelas Faisal.

Survei konsumen BI pada Oktober 2024 sebelumnya menunjukkan IKK berada pada level 121,1 atau turun 2,4 poin dibandingkan pada bulan September lalu. Level ini, kendati masih berada pada keadaan optimis, namun menjadi yang paling rendah selama 2 tahun terakhir.

Selain itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Telisa Aulia Falianty menilai jika melemahnya keyakinan konsumen ini sudah terprediksi dari fenomena deflasi yang pernah terjadi selama 5 bulan berturut-turut. Melemahnya keyakinan konsumen dan deflasi tersebut dinilai merupakan bukti nyata terjadinya pelemahan daya beli di masyarakat.

"Dari sisi riil keyakinan konsumen itu agak decrease," kata Telisa.

Melihat situasi tersebut, dirinya meminta agar pemerintah serius meninjau ulang rencana kenaikan PPN menjadi 12%. Dia yakin apabila kebijakan itu benar-benar dilaksanakan, maka dampaknya terhadap daya beli masyarakat akan sangat besar.

"Kebijakan PPN tahun depan perlu ditinjau banget, karena itu sangat berpengaruh ke daya beli masyarakat," ujar dia.

Senada dengan Telisa, Wijayanto Samirin selaku Ekonom Senior Universitas Paramadina menjelaskan jika menurunnya keyakinan konsumen tersebut menggambarkan keraguan warga terhadap kondisi perekonomian mereka ke depannya. Konsumen Indonesia dibayang-bayangi rasa tidak aman sebagai imbas dari maraknya pemutusan hubungan kerja serta kenaikan biaya hidup.

Baca Juga: Debat Publik Kedua, Cawagub Riezky Aprilia Tegaskan Visi Misi Sejalan dengan Presiden Prabowo Subianto

"Keyakinan konsumen dipengaruhi oleh kepastian pendapatan mereka di masa mendatang. Maraknya PHK dan kenaikan biaya hidup, membuat rakyat merasa insecure," tutur Wijayanto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: