Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kolaborasi, India-Indonesia Siap Genjot Ekonomi Asia

Kolaborasi, India-Indonesia Siap Genjot Ekonomi Asia Kredit Foto: WTCA
Warta Ekonomi, Jakarta -

India dan Indonesia, memperkuat hubungan bilateral mereka dengan target ambisius untuk meningkatkan perdagangan menjadi USD 50 miliar pada tahun 2025. Langkah ini didukung oleh berbagai inisiatif strategis seperti penerbangan langsung, penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan, dan eksplorasi potensi ekspor baru. Upaya ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan kedua negara, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap stabilitas ekonomi kawasan dan global.

Menurut Vijay Kalantri, Chairman WTC Mumbai sekaligus Board Member WTCA, hubungan perdagangan antara India dan Indonesia memiliki peluang besar untuk berkembang. “Saat ini, perdagangan bilateral kita sekitar USD 29 miliar, tetapi potensinya bisa mencapai USD 50 miliar dalam dua tahun ke depan. India dan Indonesia harus memanfaatkan hubungan strategis ini untuk memperluas perdagangan di sektor farmasi, tekstil, otomotif, hingga energi bersih,” ujar Kalantri.

Scott Wang, Vice President Asia Pacific WTCA, menyoroti pentingnya posisi strategis Indonesia sebagai pendorong utama perdagangan internasional di Asia Tenggara. “Dengan populasi muda, urbanisasi yang pesat, dan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% per tahun, Indonesia menawarkan peluang besar untuk perdagangan dan investasi,” jelas Scott.

Salah satu tantangan utama dalam hubungan perdagangan bilateral ini adalah defisit perdagangan India dengan Indonesia yang mencapai USD 17 miliar pada tahun fiskal 2024. Impor besar-besaran batu bara dan minyak sawit dari Indonesia menjadi penyebab utama defisit ini. Untuk mengatasinya, India mengidentifikasi potensi ekspor baru senilai USD 7 miliar, terutama di sektor seperti besi dan baja, gula tebu, dan agro-kimia.

“India memiliki peluang besar untuk mengurangi defisit perdagangan ini dengan mengeksplorasi ekspor produk seperti kendaraan, farmasi, dan bahan makanan olahan,” kata Nimeshika Natarajan, Assistant Director MVIRDC-WTC Bhubaneswar. Ia juga menyoroti potensi kolaborasi di bidang tekstil dan kerajinan tangan, yang dapat menghasilkan produk fusi yang menarik bagi pasar global.

Hubungan bilateral ini tidak hanya terfokus pada perdagangan barang. India dan Indonesia juga memperluas kerja sama di sektor energi bersih, pendidikan, pariwisata, hingga pengembangan infrastruktur digital. Salah satu langkah signifikan adalah penandatanganan perjanjian untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan. Inisiatif ini diharapkan meningkatkan efisiensi transaksi lintas negara dan mendorong integrasi ekonomi lebih jauh.

“Kerja sama di sektor energi bersih, seperti hidrogen hijau dan biofuel, dapat menjadi landasan utama untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi kedua negara,” tambah Kalantri.

Di sektor pariwisata, kolaborasi budaya juga menjadi sorotan utama. Produk-produk fusi antara tekstil India dan desain Indonesia dapat menjadi daya tarik utama bagi wisatawan internasional, memperkuat posisi kedua negara sebagai destinasi unggulan di Asia.

World Trade Centers Association (WTCA) berperan penting dalam memperkuat hubungan ekonomi antara India dan Indonesia. “Ekosistem kami menyediakan fasilitas bisnis yang membantu perusahaan kecil dan menengah di kedua negara untuk berkembang melalui dukungan perdagangan, investasi, dan teknologi,” ungkap Scott Wang.

WTCA juga memfasilitasi delegasi perdagangan dan program kolaborasi lintas negara. Salah satu contohnya adalah misi dagang dari Bhubaneswar ke Indonesia, yang bertujuan untuk mengeksplorasi peluang bisnis baru dan memperkuat hubungan perdagangan kedua wilayah.

Sebagai dua negara dengan populasi terbesar di dunia — India di peringkat kedua dan Indonesia di peringkat keempat — keduanya memiliki peran penting dalam perekonomian global. Dengan visi ekonomi USD 5 triliun pada tahun 2027, India siap menjadi mitra strategis bagi Indonesia, yang bercita-cita menjadi ekonomi maju pada 2045.

“Dengan hubungan yang semakin erat, kedua negara dapat bersama-sama mengatasi tantangan global seperti ketahanan pangan, ketahanan energi, dan mitigasi perubahan iklim,” kata Kalantri.

Sementara itu, Nimeshika menambahkan bahwa kerja sama bilateral di sektor kreatif seperti desain dan tekstil dapat memperkuat hubungan antarwarga, meningkatkan daya saing global, dan menciptakan peluang ekonomi baru.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: