Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah 'Ngeyel' Mochtar Riady, dari Jaga Toko hingga Sukses Mewariskan Lippo Group

Kisah 'Ngeyel' Mochtar Riady, dari Jaga Toko hingga Sukses Mewariskan Lippo Group Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lippo Group menjadi salah satu raksasa bisnis di Indonesia yang menaungi banyak entitas bisnis di berbagai bidang. Hingga hari ini, setidaknya ada 14 emiten Lippo Group yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, seperti perusahaan pengembang properti dan infrastruktur PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) dan perusahaan investasi PT Multipolar Corporation Tbk. (MLCR).

Melihat suksesnya Lippo Group hari ini, siapa yang menyangka bahwa kisahnya berawal dari seorang anak penjaga toko di Jember bernama Mochtar Riady.

Lahir pada 12 Mei 1929 di Malang, Jawa Timur, Mochtar melewati masa kecil yang penuh perjuangan. Namun, dari keterbatasan itu pula ia menciptakan kerajaan bisnis bernama Lippo Group.

Bercerita di kanal YouTube Mochtar Riady Manusia Ide (6 Januari 2023), Mochtar kehilangan ibunya pada usia 9 tahun. Tidak lama berselang, ketika Mochtar berusia 11 tahun, Perang Dunia II meletus, dan tentara Jepang menangkap ayah serta pamannya. Peristiwa ini meninggalkan Mochtar kecil tanpa bimbingan orang tua. 

Tanpa pengawasan, Mochtar sempat terjebak dalam pergaulan yang buruk. Ia menjadi penjudi kecil hingga akhirnya terlilit masalah. Pada titik ini, pertemuannya dengan kepala sekolah, Pak Lo, menjadi momen penting. Berkat saran tegas dari Pak Lo, Mochtar mulai belajar menghadapi masalah dengan berani. Pengalaman ini menjadi pelajaran hidup yang ia sebut sebagai "pembelajaran melalui penderitaan."

Meskipun hidup penuh keterbatasan, ayah Mochtar tetap menjadi teladan penting. Sang ayah yang setia pada mendiang istrinya, memilih untuk tidak menikah lagi demi fokus merawat anak-anaknya. Setiap hari, ia mengajarkan bahasa Mandarin dan membacakan buku kepada Mochtar, memberikan dasar pendidikan yang kuat. Prinsip ayahnya yang menekankan pentingnya usaha keras untuk memperoleh uang juga menjadi pegangan hidup Mochtar.

Baca Juga: Jalan Sukses Lim Goh Tong Sang Pendiri First World Hotel, dari Tukang Kayu hingga Bangun Hotel 7.351 Kamar

Saat Mochtar mencoba berjudi dan membeli lotre untuk cepat kaya, sang ayah dengan tegas merobek tiket lotre tersebut sambil berkata, "Tanpa keringat, uang tidak bisa didapat." Pesan inilah yang membangun mentalitas Mochtar sebagai pekerja keras.

Dalam perjalanan ke sekolah, Mochtar kecil sering melewati gedung Nederlandsche Handels Bank yang megah bergaya Eropa. Dari sanalah muncul cita-citanya untuk menjadi seorang bankir. Namun, jalan menuju impian itu tidaklah mudah.

Ketika Mochtar menyelesaikan pendidikan di University of Nanking, perang di China memaksa dirinya kembali ke Indonesia pada 1950-an. Sang ayah tidak mendukung keinginannya menjadi bankir karena dianggap sebagai pekerjaan untuk orang kaya. Sebagai gantinya, Mochtar diminta menjaga toko kecil keluarga di Jember.

Berbekal dedikasi dan kerja keras, toko kecil itu berkembang pesat dalam tiga tahun, menjadi toko terbesar di Jember. Namun, Mochtar tetap menyimpan hasrat untuk menjadi bankir. Ia tetap “ngeyel” ingin menjadi bankir.

Di usia 21 tahun, Mochtar memutuskan merantau ke Jakarta. Padahal, ketika masa demokrasi liberal (1950-1959), bisnis bukan hal mudah bagi keturunan Tionghoa. Meski begitu, ia tetap gigih. Mochtar memulai bisnis sepeda sembari mencari peluang di dunia perbankan.

Baca Juga: Lippo Group dan PT Pertamina Retail Sepakat Menjalin Kerja Sama Pengembangan Bisnis

Titik balik datang pada tahun 1959 ketika Mochtar bertemu Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran. Andi mengajaknya bergabung sebagai mitra usaha. Dalam dua tahun, Mochtar berhasil membuka Bank Buana, yang kini dikenal sebagai Bank UOB Indonesia.

Kesuksesan Mochtar terus berlanjut. Ia mengelola berbagai bank besar seperti Bank Panin, BCA, dan Lippo Bank atau CIMB Niaga. Mochtar juga mendirikan Bank National Nobu (Nobu Bank), yang fokus pada pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Kesuksesan di dunia perbankan menjadi pijakan bagi Mochtar untuk melebarkan sayapnya ke berbagai sektor bisnis. Pada akhirnya, ia membangun Lippo Group, sebuah konglomerasi yang kini beroperasi di 9 negara, termasuk Indonesia, Singapura, Tiongkok, dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Jalan Sukses Lim Goh Tong Sang Pendiri First World Hotel, dari Tukang Kayu hingga Bangun Hotel 7.351 Kamar

Baca Juga: Berawal dari Wejangan Presiden Soeharto, Grup Salim Sukses Bawa Indomie Menembus Pasar Global

Kini, dipimpin James Riady anak Mochtar Riady, Lippo Group telah merambah berbagai sektor, mulai dari properti, ritel, teknologi, pendidikan, kesehatan, hingga keuangan. Bahkan, Lippo di Singapura memiliki 100 klinik yang melayani lebih dari 1,4 juta orang, serta rumah sakit di Myanmar dan Vietnam.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: