Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Sunny Kemengmau dan Tas Kulit Robita, Tak Populer di Indonesia tapi Sukses Menembus Jepang

Cerita Sunny Kemengmau dan Tas Kulit Robita, Tak Populer di Indonesia tapi Sukses Menembus Jepang Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bagi sebagian orang, merek Robita mungkin terdengar asing. Robita adalah tas berkualitas tinggi buatan Indonesia yang dibuat oleh Sunny Kemengmau, pria asli Nusa Tenggara Timur (NTT). Meskipun kurang dikenal di Indonesia, tas Robita sangat populer di Jepang dan bahkan menjadi incaran sosialita di Negeri Sakura.

Sunny Kemengmau lahir pada 12 September 1975 di Alor, NTT, dan hanya menamatkan pendidikan hingga SMP. Pada usia 18 tahun, ia merantau ke Bali untuk mencari nafkah. Di sana, ia bekerja serabutan, mulai dari operator cuci mobil hingga buruh renovasi hotel. Ia kemudian menjadi tukang kebun sebelum akhirnya diangkat menjadi petugas keamanan di Uns Hotel. Di sela-sela pekerjaannya, ia belajar bahasa Inggris dan Jepang.

Perjalanannya berubah saat ia bertemu Nobuyuki Kakizaki, pemilik Real Point Inc. Kemampuan Sunny berbahasa Jepang membuat mereka akrab, hingga akhirnya Nobuyuki mengajaknya bekerja sama sebagai pemasok tas kulit. Saat itu, Nobuyuki ingin memperluas bisnisnya di Jepang.

Meskipun tidak memiliki pengalaman dalam industri tersebut, rasa ingin tahu dan kegigihannya membuat Sunny berani menerima tawaran itu. Bersama Nobuyuki, ia belajar banyak hal, mulai dari memilih bahan berkualitas hingga proses ekspor ke Jepang. Pada tahun 2000, mereka meluncurkan produk pertama, meski saat itu belum memiliki merek.

Baca Juga: Suksesnya Martha Handana, dari Gadis Tomboy hingga Sukses Bangun Brand Kecantikan Martha Tilaar

Tahun demi tahun bisnis mereka berkembang, meski omzetnya masih fluktuatif. Sejak awal, Jepang memang menjadi target utama mereka. Akhirnya, pada 2003, mereka mendirikan CV Realisu dengan brand tas "Robita". Dengan branding kuat sebagai tas kulit buatan tangan, Robita sukses menarik perhatian pasar Jepang yang memang menyukai produk handmade.

Pada 2007, perusahaan Sunny mampu memproduksi 5.000 tas per hari untuk diekspor ke Jepang melalui koneksi Nobuyuki. Nobuyuki pun sesekali datang langsung ke Jepang untuk memantau kondisi pasar. Robita dikenal dengan standar bahan dan kualitas tinggi, sehingga tidak heran jika harganya cukup mahal.

Tas kecil Robita dibanderol sekitar Rp2-3 juta, sedangkan yang berukuran besar mencapai Rp4-5 juta. Rata-rata, penjualan tas Sunny mencapai Rp25-30 miliar per tahun.

Sayangnya, pencapaian luar biasa ini lebih banyak dinikmati di luar negeri. Beberapa butik di Bali memang menjual tas Robita, tetapi pasarnya di dalam negeri masih terbatas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait