Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diancam Resesi, Wall Street Bergejolak Menyusul Ekspektasi Kuat Terkait Suku Bunga Amerika Serikat

Diancam Resesi, Wall Street Bergejolak Menyusul Ekspektasi Kuat Terkait Suku Bunga Amerika Serikat Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Amerika Serikat (Wall Street) terus bergejolak menyusul ketidakpastian dalam perdagangan yang terjadi di Jumat (7/3). Pasar masih berspekulasi terkait dengan arah perekonomian dari Amerika Serikat.

Dilansir dari CNBC International, Senin (10/3) berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Wall Street. Semua indeks berhasil menguat dalam perdagangan terakhir untuk pekan lalu:

  • Dow Jones Industrial Average (DJIA): Naik 0,52% menjadi 42.801,72.
  • S&P 500 (SPX): Menguat 0,56% menjadi 5.770,2.
  • Nasdaq (IXIC): Melonjak 0,71% menjadi 18.196,23.

Chief Investment Officer GDS Wealth Management, Glen Smith mengatakan bahwa pasar saham tengah bimbang menyusul berbagai data yang menguatkan ketidakpastian ekonomi dari Amerika Serikat.

Pasar tak suka hal-hal yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi, misalnya kebijakan tarif yang terus mengalami tarik-ulur dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Hal tersebut membuat investor harus bersiap untuk volatilitas lanjutan hingga ketidakpastian ini mereda.

Terbaru, Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick menegaskan bahwa pihaknya tak akan mundur dari penerapan kebijakan tarif sebelum adanya penangangan serius soal peredaran fentanyl dari Meksiko, Kanada, dan China.

“Pasar tidak menyukai ketidakpastian," tegas Glen Smith.

Adapun Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat baru-baru ini menunjukkan data nonfarm payrolls hanya bertambah 151.000 di Februari 2025. Capaian tersebut lebih rendah dari proyeksi pasar yang berekspektasi hingga 160.000.

Data Januari juga direvisi menjadi turun ke 125.000. Padahal sebelumnya data nonfarm payrolls untuk bulan tersebut mencapai 143.000.

Sementara upah rata-rata per jam naik 0,3% di Februari 2025. Angka tersebut cenderung melambat dari kenaikan 0,5% di Januari 2025. Secara tahunan, pertumbuhan upah juga tercatat menurun menjadi 4%.

Baca Juga: Gegara Trump, Ekonomi Amerika Serikat Diprediksi Hanya Tumbuh 1,5% di 2025

Data ekonomi terbaru ini membuat pasar memiliki ekspektasi terkait dengan melambatnya ekonomi hingga pemotongan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed). Pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 78 basis poin atau sekitar tiga kali pemotongan masing-masing 25 basis poin di 2025.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: