Posisi Investasi Internasional RI Merosot ke US$245,3 Miliar, BI Ungkap Penyebabnya
Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Secara tahunan, PII Indonesia juga mencatat penurunan kewajiban neto dibandingkan tahun sebelumnya. Pada akhir 2023, kewajiban neto tercatat sebesar 257,9 miliar dolar AS, sedangkan pada akhir 2024 turun menjadi 245,3 miliar dolar AS.
Penurunan ini dipicu oleh peningkatan AFLN sebesar 37,5 miliar dolar AS (7,7% yoy), yang lebih besar dibandingkan peningkatan KFLN sebesar 24,9 miliar dolar AS (3,4% yoy). Kenaikan AFLN didorong oleh pertumbuhan pada semua komponennya, termasuk investasi langsung, investasi portofolio, investasi lainnya, serta cadangan devisa.
Sementara itu, peningkatan KFLN dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya.
Bank Indonesia menilai bahwa perkembangan PII Indonesia pada triwulan IV 2024 dan secara keseluruhan tahun 2024 tetap terkendali, mendukung ketahanan eksternal.
Baca Juga: Sandiaga Uno: SI IKLAS Jadi Awal Kebangkitan Ekonomi Indonesia
"Hal ini tecermin dari perbaikan rasio net kewajiban PII Indonesia terhadap PDB dari 18,8% pada tahun 2023 menjadi 17,6% pada tahun 2024. Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (92,3%) terutama dalam bentuk investasi langsung," kata Ramdan.
Ke depan, lanjut Ramdan, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek PII Indonesia dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.
"Selain itu, Bank Indonesia akan terus memantau potensi risiko terkait perkembangan kewajiban neto PII terhadap perekonomian Indonesia," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement