Data Ekonomi Membaik, Dolar AS Perlahan Bangkit Jelang Penerapan Tarif

Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) kembali mencatatkan penguatan dalam perdagangan di Senin (24/3). Pasar uang nampaknya mulai optimistis menyusul data ekonomi hingga kabar terbaru soal tarif dari Presiden AS, Donald Trump.
Dilansir dari Reuters, Selasa (25/3), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur nilai dolar terhadap sejumlah mata uang utama global lainnya naik 0,26% menjadi 104,30. Angka tersebut menjadi level tertinggi greenback dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Malaysia Ditekan Rezim Trump, Industri Chip Jadi Sorotan
Analis ForexLive Toronto, Adam Button mengatakan bahwa data ekonomi terbaru serta sinyal perbaikan industri regional menjadi katalis utama penguatan dolar.
Indeks Output Komposit Purchasing Managers Index (PMI) AS baru-baru ini tercatat naik menjadi 53,5 di Maret 2025. Angka tersebut cukup jauh lebih baik dari capaian 51,6 di Februari 2025.
Kenaikan indeks tersebut menandakan ekspansi dalam sektor swasta. Kenaikan itu sendiri didorong oleh sektor jasa yang mendapat dorongan dari cuaca yang lebih hangat seiring datangnya musim semi. Namun, sektor manufaktur kembali masuk ke zona kontraksi setelah mengalami pertumbuhan selama dua bulan berturut-turut.
"Secara keseluruhan, sektor jasa memiliki peran lebih besar dalam ekonomi AS. Jadi ini adalah kabar baik," kata Adam Button.
Penguatan dolar juga didorong oleh laporan bahwa kebijakan tarif yang akan datang tak seburuk perkiraan dari pasar. Trump dikabarkan akan menunda kebijakan tarif khusus untuk beberapa sektor spesifik saat menerapkan bea timbal balik pada 2 April.
Namun, Trump baru-baru ini juga menegaskan bahwa dalam waktu dekat, ia akan mengumumkan tarif baru untuk mobil, aluminium, dan farmasi.
"Awalnya pasar terkejut dengan skala dan cakupan kebijakan tarif ini, tetapi belakangan mereka mengambil pandangan yang lebih terukur," jelas Button.
Baca Juga: Bocoran Tarif Amerika Serikat: Trump Batal Terapkan Tarif Sektor Tertentu di 2 April
Sebelumnya, dolar sempat tertekan di awal tahun karena kekhawatiran bahwa tarif baru dapat meningkatkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement