Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pesan Ketua MUI: Jaga Lisan dan Hindari Hoaks Pasca-Ramadan

Pesan Ketua MUI: Jaga Lisan dan Hindari Hoaks Pasca-Ramadan Kredit Foto: MUI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH. Asrorun Niam Sholeh, dalam khotbah Shalat Idulfitri 1446 H mengajak umat Islam untuk mempertahankan integritas diri sebagai buah dari ibadah Ramadan. 

Niam menegaskan bahwa Idulfitri bukan sekadar perayaan, melainkan juga momen inaugurasi atas kesucian diri setelah ditempa selama sebulan penuh.

“Ibadah Ramadhan membentuk pribadi yang beriman kuat, memiliki keyakinan kokoh, serta hati yang bersih. Idulfitri adalah awal untuk mempertahankan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Niam dalam khotbahnya di halaman Masjid Baitul Hasib BPK RI, Jakarta, Senin (31/3/2025).

Dia menegaskan pentingnya menjaga integritas diri melalui tiga aspek utama seperti mengendalikan lisan, menegakkan kejujuran dan kedisiplinan, serta menjauhi hal-hal yang syubhat atau meragukan. Pasalnya, keselamatan seseorang sangat bergantung pada kemampuannya dalam menjaga ucapan, termasuk dalam bermedia sosial agar tidak terjerumus dalam hoaks, fitnah atau ujaran kebencian.

“Keselamatan seseorang sangat bergantung pada kemampuannya menjaga lisan,” tegasnya.

Dia juga menyoroti pentingnya kejujuran sebagai fondasi utama kehidupan bermasyarakat. Niam juga menyinggung bahwa ibadah puasa mengajarkan kejujuran lantaran hanya individu dan Allah semata yang mengetahui kesungguhan puasanya.

Baca Juga: PBNU-MUI Dukung Palestina, Ajak Boikot Produk Terafiliasi Zionis

“Kejujuran adalah kunci kepercayaan. Tanpa kejujuran, kita kehilangan fondasi utama dalam membangun kehidupan yang bermartabat,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia mengingatkan pentingnya sikap wara’. Yakni, menjauhi hal-hal syubhat atau tidak jelas hukumnya. Menurut Naim, sikap ini perlu diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk memastikan kehalalan makanan serta mengambil keputusan dengan prinsip etika yang jelas.

Niam, menutup khotbahnya, mengingatkan bahwa makna Idulfitri adalah ujian bagi komitmen umat dalam mempertahankan kualitas diri yang telah dibangun selama Ramadan. Ia mengajak masyarakat untuk berani mengakui kesalahan, bertaubat, serta memaafkan orang lain, meskipun mereka tidak memintanya.

“Idulfitri bukan sekadar kemenangan, tetapi juga awal dari komitmen kita untuk tetap menjaga nilai-nilai yang telah ditanamkan selama Ramadan,” pungkasnya.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: