Kredit Foto: Ist
Setelah lebih dari dua dekade meniti jalan berliku dalam industri telekomunikasi Indonesia, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) resmi menutup lembaran sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia.
Namun, ini bukanlah akhir dari cerita. Justru, ini adalah awal dari babak baru yang lebih besar—kelahiran PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (XLSMART), entitas hasil penggabungan XL Axiata, Smartfren Telecom, dan Smart Telecom yang kini bersatu di bawah satu kepemimpinan dan satu visi bersama.
Namun sebelum nama FREN sepenuhnya hilang dari radar bursa, penting untuk menelusuri kembali jejak perjalanan panjang perusahaan ini—yang tak hanya mencerminkan dinamika bisnis telekomunikasi, tetapi juga semangat inovasi dan adaptasi di tengah disrupsi teknologi.
Awal Berdiri: Mobile-8 Telecom dan Era CDMA
Cikal bakal Smartfren dimulai dari PT Mobile-8 Telecom Tbk, yang berdiri pada tahun 2002. Perusahaan ini mendapatkan lisensi sebagai operator telekomunikasi berbasis Code Division Multiple Access (CDMA), teknologi yang saat itu dianggap sebagai alternatif dari Global System for Mobile Communications (GSM).
Mobile-8 menjalankan bisnis seluler di berbagai kota besar di Indonesia, dengan merek "Fren" dan "HEPI". Fokusnya adalah layanan suara dan pesan singkat berbasis CDMA. Namun, keterbatasan perangkat yang kompatibel dan rendahnya penetrasi pasar membuat Mobile-8 kesulitan bersaing dengan operator GSM yang tumbuh pesat.
Pada tahun 2009, Sinar Mas Group, melalui anak usaha PT Global Mediacom (yang kemudian menjadi PT Smart Telecom), masuk sebagai penyelamat finansial bagi Mobile-8. Sinar Mas mengambil alih mayoritas saham dan mulai merestrukturisasi bisnis perusahaan.
Masuknya Sinar Mas membawa napas baru. Pada 2011, Mobile-8 resmi bergabung dengan Smart Telecom, dan dari sinilah nama Smartfren Telecom mulai dikenal luas. Penggabungan ini juga menandai awal transformasi bisnis dari layanan suara ke layanan berbasis data.
Titik balik terbesar Smartfren terjadi pada 2015, ketika perusahaan ini menjadi operator pertama di Indonesia yang secara penuh mengalihkan jaringannya ke 4G LTE Advanced. Tak lagi mengandalkan CDMA, Smartfren mengambil risiko besar dengan menonaktifkan layanan lama dan fokus pada jaringan LTE berbasis frekuensi 850 MHz dan 2300 MHz.
Langkah ini tergolong radikal, karena mayoritas pengguna CDMA pada saat itu belum siap migrasi. Namun, keputusan tersebut membuka jalan bagi Smartfren untuk tumbuh di segmen data, yang menjadi tulang punggung industri telekomunikasi modern.
Mereka juga menjadi pionir dalam penerapan Voice over LTE (VoLTE), memungkinkan layanan suara tetap berjalan di jaringan 4G dengan kualitas yang lebih jernih dan efisien.
Baca Juga: Drama Waran FREN, Franky Widjaja Angkat Bicara
Setelah transformasi jaringan, Smartfren menggencarkan strategi bundling perangkat dan paket data murah, menyasar segmen anak muda, pelajar, dan pengguna internet aktif. Produk seperti Andromax, modem MiFi, dan kerjasama dengan vendor ponsel (seperti Evercoss, Samsung, dan Apple) menjadi ujung tombak pemasaran.
Perusahaan juga memperluas cakupan jaringan ke berbagai wilayah Indonesia untuk meningkatkan kualitas layanan, terutama di luar Pulau Jawa.
Meski agresif dalam inovasi, Smartfren menghadapi tantangan berat dalam menjaga profitabilitas. Laporan keuangan menunjukkan bahwa perusahaan sempat mencatatkan rugi bersih berturut-turut, dengan beban investasi jaringan yang tinggi dan persaingan tarif yang sangat ketat di pasar.
Meski demikian, perusahaan tetap menunjukkan pertumbuhan pendapatan dari layanan data. Menurut laporan keuangan tahunan 2023, pendapatan Smartfren tercatat Rp11,6 triliun, dengan kontribusi 95% berasal dari layanan data.
Langkah Merger: Konsolidasi untuk Bertahan
Industri telekomunikasi Indonesia kini mengarah pada konsolidasi. Setelah Indosat dan Tri (Hutchison 3 Indonesia) merger pada 2022, langkah Smartfren dan XL Axiata menjadi sinyal kuat bahwa pasar tak lagi cukup besar untuk banyak pemain.
Pada awal 2024, Axiata Group Berhad (pemilik XL Axiata) dan Sinar Mas Group mengumumkan niat merger untuk memperkuat kapabilitas digital dan jaringan. Setelah melalui kajian regulator dan persetujuan pemegang saham, merger ini disepakati, dan proses integrasi pun berjalan.
Pada Kamis, 17 April 2025, secara resmi terbentuk entitas gabungan bernama PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (XLSMART). Entitas ini merupakan hasil penggabungan tiga perusahaan: PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk, dan PT Smart Telecom.
Baca Juga: XLSMART Resmi Meluncur! Langsung Bidik Pendapatan Rp45,8 Triliun
Presiden Direktur dan CEO XLSMART, Rajeev Sethi, menyatakan bahwa merger ini adalah langkah strategis untuk menyatukan kekuatan saling melengkapi dari XL dan Smartfren.
“Langkah ini penting untuk menjadi pemimpin laju transformasi digital Indonesia,” ujar Rajeev.
Dengan pangsa pasar gabungan sebesar 25%, proyeksi pendapatan pro forma mencapai Rp45,8 triliun, dan basis pelanggan lebih dari 94,5 juta, XLSMART langsung menjadi salah satu kekuatan utama di industri.
Rajeev menekankan bahwa tujuan utama dari merger ini bukan hanya efisiensi, tetapi juga mempercepat transformasi digital yang inklusif dan bermakna:
“Kami berkomitmen memberikan layanan yang andal, inklusif, dan transformatif. Dengan lebih dari 94,5 juta pelanggan, setiap koneksi sangat berarti.”
Baca Juga: Arsjad Rasjid Pimpin XLSMART, Merger XL Axiata dan Smartfren Pacu Transformasi Digital Indonesia
Ia juga memastikan bahwa integrasi jaringan akan meningkatkan kualitas layanan tanpa menyebabkan gangguan, serta bahwa merek-merek seperti XL, AXIS, dan Smartfren akan tetap digunakan untuk melayani berbagai segmen—mulai dari pelanggan individu, broadband rumah, hingga pelaku UMKM dan korporasi melalui XLSMART for Business.
Dengan merger tersebut, Smartfren resmi melakukan delisting dari BEI pada April 2025, menandai berakhirnya kiprah sebagai emiten dengan kode FREN.
Nama Smartfren boleh saja hilang dari papan pencatatan bursa, tapi warisannya tetap hidup—baik dalam bentuk teknologi, inovasi, maupun pengaruhnya dalam membentuk lanskap digital Indonesia.
Dari operator CDMA kecil yang nyaris gulung tikar, hingga pelopor LTE yang berani ambil risiko, dan akhirnya merger dalam raksasa baru telekomunikasi—cerita Smartfren adalah kisah tentang keteguhan, adaptasi, dan keberanian menantang arus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement