Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Minat Ranjungan di Pasar Ekspor Tinggi, Ini Solusi KKP Cegah Penangkapan Berlebihan

Minat Ranjungan di Pasar Ekspor Tinggi, Ini Solusi KKP Cegah Penangkapan Berlebihan Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan minat terhadap rajungan di pasar ekspor, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan Uni Eropa, terus meningkat. 

Rajungan-kepiting tercatat sebagai komoditas ekspor utama Indonesia keempat setelah udang, tuna-cakalang, dan cumi-sotong-gurita, dengan nilai mencapai USD 513,35 juta atau sekitar 8,6% dari total ekspor perikanan Indonesia pada tahun 2024.

Baca Juga: Presiden Prabowo Tiba di Brunei Darussalam untuk Kunjungan Kenegaraan

Sehingga untuk mencegah terjadinya penangkapan rajungan di alam secara berlebihan, KKP berupaya mengembangkan budidaya rajungan di Indonesia untuk melakukan restocking.

“Budidaya rajungan adalah langkah strategis agar ekosistem rajungan tetap terjaga, sekaligus menjaga stabilitas perekonomian bagi masyarakat pesisir secara berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, dikutip dari siaran pers KKP, Rabu (14/5).

Salah satu upaya KKP yakni melalui kerja sama dengan Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI). Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara milik KKP selama setahun terakhir telah melakukan kolaborasi pendampingan teknis terkait teknologi pembenihan rajungan dengan APRI.

Selama periode tersebut, APRI bersama BBPBAP Jepara berhasil melewati tahap kritis dalam pembenihan, yakni dari fase zoea menjadi megalopa dengan penanganan maksimal dari sisi kualitas air, pakan, dan nutrisi. Setelah menjadi crablet, rajungan memasuki tahap grading untuk memastikan tingkat keberhasilan benihnya.

Kolaborasi ini menghasilkan sekitar 250 ribu ekor crablet yang telah di restocking di perairan Situbondo. “Budidaya rajungan dengan pengembangan teknologi pembenihannya menjadi peluang menjanjikan untuk keberlanjutan menuju ekonomi biru,” kata Wita Setioko, Board of Director (BOD) APRI.

“Target dari kolaborasi ini adalah agar unit hatchery milik APRI dapat menghasilkan crablet rajungan secara rutin dan berkelanjutan,” Kata Kepala BBPBAP Supito.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: