
Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mampu menjaga daya beli masyarakat. Selain itu, kebijakan-kebijakan yang dinilai memberatkan industri, seperti cukai MBDK (Minuman Berpemanis dalam Kemasan), bisa dikaji kembali untuk memberikan kesiapan bagi industri sebelum benar-benar diterapkan.
Sebagaimana diketahui, daya beli masyarakat Indonesia menurun dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu juga tampak dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama triwulan I yang terkontraksi 0,98% (q-to-q) menjadi 4,87% (y-o-y), berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Data BPS juga menunjukkan bahwa IHP (Indeks Harga Produsen) sektor akomodasi, penyediaan makanan minuman, mengalami tekanan dengan kenaikan 0,56 persen terhadap triwulan IV-2024 (q-to-q) dan naik 2,84 persen terhadap triwulan I-2024 (y-on-y).
“Mengutip data NielsenIQ, sektor minuman siap saji diproyeksikan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor barang konsumsi cepat saji (FMCG) di Indonesia. Meskipun konsumen lebih berhati-hati dalam pengeluaran, mereka tetap menganggap produk minuman siap saji sebagai kategori yang esensial dan berkontribusi signifikan terhadap total belanja FMCG. Namun, kenaikan harga (32%) dan pelemahan ekonomi (27%) menjadi kekhawatiran utama masyarakat,” kata Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo, di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Triyono menegaskan, ASRIM telah mencatat gejala pelemahan di industri minuman ringan sejak tahun 2023. Saat itu, pihaknya mencatat adanya penurunan volume penjualan pada beberapa kategori minuman non-AMDK (Air Minum Dalam Kemasan).
”Data pasar bulan Maret 2025 dari Nielsen mengonfirmasi bahwa sektor minuman non-AMDK masih terkontraksi sekitar 4,4 persen. Ini adalah sinyal kuat bahwa industri memerlukan dukungan kebijakan yang kondusif untuk dapat bertahan dan kembali bertumbuh,” jelasnya.
Baca Juga: Keberlanjutan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Dinilai Bergantung Pada Industri Padat Karya
Sementara itu, berdasarkan data CORE Indonesia, IPR (Indeks Penjualan Riil) kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau hanya tumbuh 1,3% pada kuartal I 2025, jauh di bawah pertumbuhan tahun lalu yang menyentuh 7,5%. Dengan data ini, ASRIM mendorong adanya dialog terbuka dan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri. Menurut Triyono, pendekatan yang komprehensif dan berbasis data akan menghasilkan solusi terbaik untuk semua pihak.
Melengkapi penjelasan ASRIM, CORE Indonesia memaparkan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi 2025. Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, Ph.D., menjelaskan bahwa pihaknya memproyeksikan adanya pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 4,8%-5,0%, bahkan berpotensi menuju 4,6%-4,8% dalam skenario tertentu, sedikit di bawah target APBN 5,2%.
"Pelemahan permintaan domestik dapat berimplikasi pada sektor-sektor konsumsi seperti makanan dan minuman. Selain itu, industri juga menghadapi tekanan biaya dari sisi produksi. Karenanya, penting bagi arah kebijakan untuk fokus menjaga daya beli masyarakat dan mempertimbangkan dengan hati-hati penerapan instrumen fiskal baru agar selaras dengan upaya pemulihan ekonomi,” tegasnya.
Baca Juga: Gasblock PGN Dorong Industri Gula Kelapa Tradisional hingga Desa Wisata Terintegrasi
Sementara itu, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian, Merrijantij Punguan Pintaria, yang hadir dalam kesempatan tersebut menegaskan komitmen pemerintah untuk menyokong industri.
“Pemerintah terus berkomitmen menjaga iklim usaha industri sektor mamin melalui kebijakan yang relevan dan adaptif, termasuk fasilitas fiskal dan nonfiskal. Pemerintah juga senantiasa mengkaji dampak pelaksanaan kebijakan tersebut, terbuka untuk berdialog, dan mempelajari skema transisi terbaik demi menjaga kinerja dan daya saing industri,” tuturnya.
ASRIM meyakini, melalui kolaborasi dan pemahaman bersama antara pemerintah dan pelaku usaha, industri minuman ringan dapat terus tumbuh berkelanjutan dan berkontribusi positif bagi perekonomian nasional melewati tantangan tahun 2025.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement