Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perlu Gebrakan Pemerintah, Belum Usainya Badai untuk Industri Minuman Ringan

Perlu Gebrakan Pemerintah, Belum Usainya Badai untuk Industri Minuman Ringan Kredit Foto: ASRIM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) mengatakan tantangan terhadap industri minuman ringan belumlah usai setelah diterjang pandemi dari Covid-19. Hal iini terlihat dari kinerja penjualan yang masih mengalami penurunan 2,6% di luar Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo menyatakan bahwa kinerja negatif tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti laju inflasi pangan yang naik sehingga dapat berimbas terhadap menurunnya daya beli masyarakat, meningkatnya biaya logistik yang dikarenakan oleh kondisi geopolitik yang tidak stabil, hingga meningkatnya harga bahan baku.

Baca Juga: Jelang Ramadan, Penjualan Produk Makanan dan Minuman Melesat 75% di E-commerce

“Kemarau berkepanjangan telah mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian di berbagai negara yang berakibat pada meningkatnya harga bahan baku. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa harga beras naik tinggi di 179 daerah di Indonesia. Menurut data BPS, harga rata-rata beras pada minggu pertama Februari 2024 naik 0,93 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan pada minggu kedua bulan ini melesat 1,65 persen daripada Januari 2024,” katanya dalam diskusi dari  “Kinerja Industri Minuman Tahun 2023, serta Peluang dan Tantangan Tahun 2024”, di Jakarta, Rabu (13/3).

Di sisi lain, industri makanan dan minuman (mamin) berkontribusi signifikan terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia serta merupakan salah satu industri penyerap tenaga kerja terbesar. Menurut data Kemenperin RI, pada tahun 2023 industri makanan dan minuman berkontribusi 39,10% terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) di sektor nonmigas serta 6,55% terhadap PDB nasional. Hingga saat ini, menurut data BPS, industri mamin mempekerjakan sekitar 300.000 pekerja di seluruh rantai pasokan.

Data BPS 2022 mengungkapkan bahwa sektor manufaktur menyerap hingga 14,2% dari jumlah pekerja di seluruh Indonesia. Salah satu yang menyumbang penyerapan terbesar berasal dari industri makanan dan minuman. Data BPS tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja pada industri makanan dan minuman mencapai 4,23% dari jumlah pekerja di seluruh Indonesia.

Meski tingkat penjualan secara umum mengalami pertumbuhan sebesar 3,1 persen dari 2022 hingga 2023, tetapi di luar penjualan air mineral dalam kemasan, industri minuman mengalami pertumbuhan negatif. Menilik pada kategori yang lebih mendalam, data Nielsen tahun 2023 menunjukkan bahwa kinerja kategori Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) pada tahun 2023 turun drastis untuk seluruh jenis minuman, dengan penurunan terdalam pada minuman air teh kemasan yang mengalami penurunan sebesar 11.9 persen dari 2022 ke 2023. Oleh karenanya, perbaikan kinerja industri minuman ringan turut menjadi perhatian dari Pemerintah Indonesia.

“Dengan melihat dampak ekonomi yang besar dari industri minuman ringan, kami terus mendorong pemulihan kinerja industri lewat berbagai program pemerintah, seperti program pameran produk makanan dan minuman di dalam dan di luar negeri, restrukturisasi mesin peralatan, mendorong pemberian berbagai insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance dan super deduction tax, serta mendorong transformasi digital menuju industri 4.0. Kami berharap kinerja industri minuman bisa kembali tumbuh positif seperti sebelum pandemi," ungkap Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin RI, Merrijantij Punguan Pintaria.

Adapun Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, Ph.D turut mengungkapkan hal serupa, ia mendorong adanya gerakan kebijakan pemerintah yang bisa mendongkrak kinerja dari industri minuman ringan di Indonesia.

Baca Juga: Cukai Minuman Berpemanis Diberlakukan, Disebut Bisa Raup Untung 3,6 Triliun

“Melihat kondisi ekonomi saat ini, industri minuman ringan masih akan menemui tantangan dalam pertumbuhan usahanya, seperti penurunan daya beli masyarakat karena konsumen yang semakin selektif terhadap pos pengeluaran. Untuk itu, diharapkan peran pemerintah dan pengambil kebijakan dalam menentukan nasib industri minuman ringan yang menyerap banyak tenaga kerja ini," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: