- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Cerita Suksesnya Binaan Husky CNOOC Madura Limited (HCML) di Pulau Mandangin dalam Bangkitkan Perekonomian
Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Delapan tim SKK Migas dan Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) langsung disambut masyarakat saat menuju Pulau Mandangin, salah satu pulau di gugusan Kepulauan Madura yang masuk wilayah Kabupaten Sampang. Pulau ini berpenduduk sekitar 22 ribu jiwa dengan luas sekitar 1.650 km².
Dalam kunjungan tersebut, tim SKK Migas dan HCML langsung menuju gedung serbaguna. Mereka juga menikmati wisata laut dengan air biru yang berada di Kabupaten Sampang, Jawa Timur.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pulau Mandangin, H. Wasin H. Awza’ie, bersama warga menjelaskan bahwa keberadaan eksplorasi minyak dan gas bumi yang dikelola HCML memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Salah satunya adalah gedung serbaguna di sekitar pesisir Pulau Mandangin.
Menurutnya, pembangunan gedung serbaguna sebagai sarana olahraga, terutama bulu tangkis, sangat membantu warga Pulau Mandangin.
“Tempat olahraga ini sangat bermanfaat bagi masyarakat pulau. Warga jadi makin sehat karena berolahraga,” ujar Wasin saat menerima kedelapan tim SKK Migas dan HCML di Sampang kemarin.
Selain gedung serbaguna, masyarakat Pulau Mandangin juga memperkenalkan produk UMKM hasil binaan HCML dan Medco Sampang. Beberapa produk UMKM berupa olahan makanan dikemas dengan cantik dan rapi. Produk makanan ini di-packing dengan kemasan eksklusif dan menarik.
Koordinator Kedai Olahan Makanan UMKM, Rizkia, mengatakan ada sekitar 20 item makanan yang dijual oleh ibu-ibu warga Pulau Mandangin. Beberapa di antaranya adalah donat, sambal kemasan, keripik, dan makanan tradisional lainnya.
Baca Juga: Jaga Kertahanan Energi, KKP Terbitkan 121 Izin Usaha Hulu Migas
“Dari penjualan produk UMKM ini, anggota sudah memiliki penghasilan sendiri yang kami bagikan setiap minggu dari keuntungan menjual produk olahan makanan,” kata Rizkia.
Menurut Rizkia, untuk menghasilkan produk olahan makanan yang sehat dengan kemasan bagus, ia dan beberapa anggota dibina selama empat hari oleh HCML.
“Kami diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi produk olahan ini,” jelasnya.

Rizkia dan warga Pulau Mandangin berharap pembinaan produk olahan makanan ini bisa terus berlanjut agar produk-produk mereka mampu bersaing di tingkat nasional.
Sementara itu, salah satu warga asli Pulau Mandangin, H. Muwafiq, mengakui bahwa ia dan keluarganya telah lama tinggal di pulau ini dan memahami kondisi wilayahnya.
“Dulu, tahun 87-an, kalau mau makan ikan kerapu tinggal serok saja karena banyak di tepi pantai yang berkarang di pulau ini,” ujar Muwafiq yang kini telah memiliki beberapa cucu.
Di sisi lain, pasangan suami-istri Burhan dan Diana Savitri, penerima manfaat Program Pengembangan Masyarakat (PPM) SKK Migas–HCML dan Medco Sampang, memproduksi sambal khas Pulau Mandangin.
Menurut Diana, sambal kemasan ini tidak hanya dinikmati warga pulau, tetapi juga dijual dan dipesan pembeli dari berbagai wilayah seperti Surabaya, Malang, Jakarta, Jawa Barat, bahkan hingga Bali.
“Sebelum ada pelatihan, pembuatan atau packing sambal dilakukan secara tradisional. Namun setelah pelatihan, ada perkembangan ke arah yang lebih baik,” kata Diana Savitri.
Diana mengaku penjualan sambalnya sempat membuatnya kewalahan karena tingginya pesanan dari luar pulau, apalagi ia baru melahirkan anak pertama.
“Pelatihan yang dilakukan tidak hanya mengajarkan kemasan atau packing yang bagus, tetapi juga cara membuat label halal dan berjualan secara online,” ujar Diana dengan senang.
Bersama warga pulau, ia dan suaminya menjual sambal dalam kemasan botol kecil seharga Rp25.000 untuk semua varian rasa. Diana sempat khawatir karena produknya tidak tahan lama jika dikirim ke jarak jauh tanpa bahan pengawet.
“HCML memberikan solusi agar produk sambal ini bisa tahan lama sehingga bisa dikirim ke seluruh wilayah Indonesia,” katanya bersemangat.
Menurut Diana, sambalnya memiliki ciri khas aroma daun jeruk dengan varian sambal udang, cumi, tongkol, dan telur rajungan.
Baca Juga: Transformasi Energi Jadi Bagian Strategi Perdagangan RI
“Kalau dinikmati dengan nasi hangat saja, ditambah kerupuk, sudah enak,” kata Diana yang disetujui oleh suaminya, Burhan.
Diana memberi nama sambal khas Pulau Mandangin ini “Sambal Dapur Haidar”, diambil dari nama adiknya yang sangat menyukai sambal.
Salah seorang perwakilan tim SKK Migas dan HCML mengakui bahwa kunjungan ke Pulau Mandangin meninggalkan kesan dan pengalaman yang tak terlupakan.
“Masih ada kerinduan dan keinginan untuk berbagi cerita lebih banyak bersama warga Pulau Mandangin. Senyum dan keramahan warga, serta sambutan tulus mereka, membekas di hati kami seperti keluarga yang terasa begitu dekat. Eksplorasi minyak dan gas bumi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Pulau Mandangin,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement