Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Saham CDIA Terus Menanjak, Prajogo Pangestu Rebut Kembali Gelar Orang Terkaya dari Low Tuck Kwong

Saham CDIA Terus Menanjak, Prajogo Pangestu Rebut Kembali Gelar Orang Terkaya dari Low Tuck Kwong Kredit Foto: Barito Pacific
Warta Ekonomi, Jakarta -

Taipan energi dan petrokimia, Prajogo Pangestu, resmi menjadi orang terkaya asal Indonesia versi Forbes The World's Real-Time Billionaires per 11 Juli 2025, menggeser posisi Low Tuck Kwong yang sebelumnya menduduki peringkat teratas.

Prajogo orang terkaya di Indonesia ini berada di posisi ke-71 dunia dengan total kekayaan sebesar US$27,7 miliar atau sekitar Rp4.492 triliun (kurs Rp16.220 per dolar AS). Sementara itu, Low Tuck Kwong, pendiri Bayan Resources, turun ke posisi 75 dengan kekayaan US$27,1 miliar atau sekitar Rp4.394 triliun.

Lonjakan kekayaan Prajogo ditopang oleh kinerja gemilang saham-saham milik Grup Barito Pacific di pasar modal dalam beberapa tahun terakhir. Emiten seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN), dan yang terbaru PT Chandra Daya Investasi Asia Tbk. (CDIA), menjadi penyumbang utama akumulasi kekayaannya.

Baca Juga: Rahasia Gacornya Saham Emiten di Bawah Komando Prajogo Pangestu

Suksesnya IPO CDIA yang merupakan anak usaha Barito Group, hingga mencetak auto reject atas (ARA) sejak hari pertama perdagangan hingga saat ini, membuat kekayaan Prajogo semakin menggunung. 

Adapun, kinerja saham luar biasa juga tercermin pada CUAN, yang naik dari harga IPO Rp220 menjadi Rp13.200 hanya dalam dua tahun atau tumbuh lebih dari 4.700%. Hal ini menjadikan Grup Barito Pacific sebagai magnet baru bagi investor di pasar modal domestik.

Baca Juga: Setelah BREN dan CUAN, Kini CDIA! Tangan Dingin Prajogo Pangestu Bikin Investor Kepincut

Prajogo Pangestu dikenal sebagai pengusaha yang membangun usahanya dari nol. Lahir dari keluarga pedagang karet sederhana di Kalimantan dan hanya lulus SMP, ia pernah bekerja sebagai sopir angkutan umum dan menjual ikan asin serta bumbu dapur sebelum bergabung dengan PT Djajanti Group milik pengusaha Malaysia, Burhan Uray, pada 1969.

Setelah meniti karier hingga menjadi General Manager, Prajogo memutuskan membeli perusahaan kayu yang hampir bangkrut bernama CV Pacific Lumber Coy menggunakan dana pinjaman bank. Perusahaan tersebut kemudian berkembang menjadi PT Barito Pacific, yang menjadi raksasa industri kayu di era Orde Baru.

Prajogo kemudian merambah ke sektor petrokimia dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrochemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk. Pada 2007, Barito Pacific mengakuisisi mayoritas saham Chandra Asri dan menjadikannya produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: