Cerita Sean Rad Membangun Tinder hingga Sukses Tersebar Hampir di Semua Negara di Dunia
Kredit Foto: The Wrap
Tinder menjadi salah satu aplikasi media sosial paling populer di dunia dengan konsep yang unik, yaitu untuk berkencan. Aplikasi yang dapat dipasang di smartphone ini telah mengubah cara orang terhubung, membangun relasi, bahkan menemukan cinta dan persahabatan di era digital ini.
Di balik aplikasi ikonik ini, ada nama Sean Rad, sang inovator muda yang berhasil mengubah ide sederhana menjadi aplikasi fenomenal.
Sean Rad lahir di Los Angeles pada 22 Mei 1986 dan menempuh pendidikan di University of Southern California (USC). Di kampus inilah ia bertemu Justin Mateen, teman lama yang kelak menjadi rekan bisnis utama. Keduanya saling membantu dalam proyek kuliah dan akhirnya memutuskan untuk mendirikan startup bersama.
Sebelum menciptakan Tinder, Sean Rad sempat membangun dua startup: Orgoo, platform komunikasi yang menggabungkan email dan pesan instan, serta Ad.ly, layanan yang menghubungkan selebritas dengan brand di media sosial. Pengalaman ini membentuk naluri bisnis dan teknologinya.
Pada 2012, bersama Justin Mateen dan Jonathan Badeen, Rad memulai proyek baru melalui Hatch Labs, sebuah inkubator teknologi yang didanai oleh IAC (InterActiveCorp). Dari sinilah Tinder lahir.
Tinder dirancang untuk perangkat seluler, karena Rad percaya masa depan digital terletak di ponsel, bukan komputer. Fitur “swipe”, menggeser ke kanan untuk menyukai dan ke kiri untuk melewatkan, terinspirasi dari tumpukan kartu dan menjadi ikon Tinder yang sangat dikenal.
Baca Juga: Cerita Budi Purnomo Hadisurjo Sukses Membangun Sate Khas Senayan dan Optik Melawai
Pendekatan awal Tinder sangat strategis, menyasar komunitas kampus, terutama kelompok mahasiswa berusia 18–24 tahun. Mateen memanfaatkan jaringan sosialnya untuk menyebarkan aplikasi ini. Tak butuh waktu lama, akhirnya Tinder menjadi fenomena di kampus-kampus Amerika Serikat.
Berkat kemudahan penggunaan dan gamifikasi dalam pengalaman pengguna, Tinder mengalami lonjakan luar biasa. Dari 350 juta swipe per hari di akhir 2013, Tinder memiliki satu miliar swipe per hari di akhir 2014. Dalam dua tahun, Tinder telah mencatat lebih dari satu miliar matches.
Pada 2015, Tinder mulai menerapkan model bisnis premium dengan merilis Tinder Plus, disusul Tinder Gold pada 2017. Pengguna bisa menikmati fitur tambahan seperti "Paspor" untuk mencari pasangan di lokasi lain, melihat siapa yang menyukai mereka, dan fitur eksklusif harian seperti "Top Picks".
Baca Juga: Cerita Ma Huateng Membangun Tencent dan Sukses Lewat WeChat hingga Fortnite
Langkah ini terbukti berhasil. Hingga tahun 2024, Tinder menghasilkan pendapatan sebesar US$1,94 miliar, sebagian besar berasal dari langganan premium dan pembelian fitur seperti Boost dan Super Like. Tinder juga menjadi pilar utama dalam portofolio Match Group, perusahaan induk yang menaungi aplikasi-aplikasi kencan besar lainnya.
Seiring berjalannya waktu, algoritma Tinder juga berevolusi. Awalnya menggunakan sistem Elo score, algoritma kini lebih fokus pada kualitas interaksi dan pola penggunaan. Tinder juga memperkenalkan profil video, alat verifikasi identitas, hingga fitur keamanan dan pencocokan berdasarkan minat keberlanjutan lingkungan.
Kini, Tinder telah diunduh lebih dari 100 juta kali di Google Play Store saja, tersedia di 190 negara, lebih dari 40 bahasa, dengan 60 juta pengguna aktif bulanan dan 9,6 juta pelanggan premium secara global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement