Satu Unit AC 1/2 PK di Eropa Bisa Mencapai Rp18 Juta, Pemasangan Lebih Mahal Lagi Bisa tembus Rp28 Juta
Kredit Foto: Freepik/rawpixel.com
Gelombang panas yang berkelanjutan saat musim panas di Eropa mendorong semakin banyak rumah tangga menggunakan air conditioner (AC).
Padahal daratan benua biru itu telah lama dikenal sebagai benua yang warganya ogah menggunakan AC sebagai peralatan elektronik rumah tangga mereka, pasalnya di Eropa selama ini dikenal sebagai negara dengan iklim sedang cenderung dingin untuk Indonesia yang terbiasa dengan suhu panas.
Dikutip dari Xinhua, gelombang panas yang datang lebih awal dan intens melanda seluruh Eropa pada akhir Juni dan awal Juli.
Seperti misalnya suhu di Spanyol Selatan melonjak hingga 46 derajat Celsius, sementara Prancis mencatatkan rekor hari terpanas pada bulan Juni dalam sejarahnya.
Austria, Slovenia, dan Bosnia merilis peringatan merah untuk suhu tinggi, dan sejumlah negara termasuk Jerman, Italia, dan Portugal juga mengalami musim panas yang menyengat.
Namun, AC masih belum banyak digunakan di Eropa. Data CNN menunjukkan hanya sekitar 20 persen rumah tangga yang memiliki sistem penyejuk udara. Di Inggris, angkanya hanya 5 persen, sementara di Jerman angkanya di bawah 3 persen.
Perpaduan antara hambatan struktural dan ekonomi, termasuk proporsi hunian sewa yang tinggi, biaya listrik yang mahal, dan nilai-nilai keberlanjutan yang sudah tertanam kuat, membuat AC sudah lama tidak dijumpai di rumah-rumah di Eropa.
Unit AC biasa berkapasitas 1,5 PK dijual seharga 600-800 euro atau sekitar Rp11 juta-Rp18 juta di Jerman, itu belum biaya pemasangan yang bisa lebih mahal yakni lebih dari 1.500 euro atau Rp28 juta jika tenaga kerja, izin, dan persetujuan bangunan turut dihitung.
Pihak penyewa juga memerlukan persetujuan dari pemilik bangunan dan mungkin harus memindahkan unit ketika mereka pindah.
Tingginya biaya energi juga menjadi hambatan lainnya. Sebagai contoh, di Berlin, biaya listrik mencapai sekitar 0,30 hingga 0,40 euro per kilowatt-jam. Menyalakan AC terus menerus selama bulan Juli dan Agustus dapat membuat tagihan listrik rumah tangga membengkak hingga di atas 200 euro atau sekitar Rp3,7 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement