Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Eropa Melemah, Investor Saham Bimbang Hadapi Ketidakpastian Negosiasi Dagang UE-AS

Bursa Eropa Melemah, Investor Saham Bimbang Hadapi Ketidakpastian Negosiasi Dagang UE-AS Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Eropa berakhir melemah pada perdagangan Selasa (15/7). Pasar saham euro terbebani oleh ketidakpastian perundingan dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Rabu (16/7), Indeks Stoxx 600 ditutup turun 0,4% menjadi 544,95. Uni Eropa baru-baru ini menuding adanya upaya untuk menolak kesepakatan dagang dari Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Sudah Tak Percaya, Trump Suarakan Keraguannya Soal Loyalitas Uni Eropa

Blok euro langsung memperingatkan akan mengambil langkah balasan jika tarif baru sebesar 30% benar-benar diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Namun Trump mengatakan dirinya masih terbuka untuk berunding, dan mengungkapkan bahwa pejabat dari blok tersebut dijadwalkan akan berkunjung dan melanjutkan negosiasi dengan Washington.

"Apa yang kita lihat saat ini mencerminkan ketidakpastian seputar pembicaraan dagang antara UE dan AS," ujar Analis Pasar Senior City Index, Fiona Cincotta.

“Diamnya kedua pihak dalam beberapa hari terakhir membuat investor gelisah. Mereka ingin kepastian bahwa tarif 30% itu masih bisa dinegosiasikan,” tambahnya.

Sementara itu, sentimen investor naik melebihi ekspektasi pada Juli di Jerman. Namun para ekonom memperingatkan bahwa optimisme tersebut bisa cepat memudar jika tidak ada terobosan dalam perundingan dagang dengan AS.

Di sisi lain, sejumlah bank besar mulai merilis laporan keuangan kuartalan, dengan fokus investor tertuju pada proyeksi kinerja serta potensi dampak dari kebijakan tarif dari Trump.

Baca Juga: Borong Saham IMPC, Harimas Gelontorkan Dana Rp117,67 Miliar

Dari Amerika Serikat, data terbaru menunjukkan bahwa harga konsumen naik tertinggi dalam lima bulan pada Juni. Hal ini menandakan bahwa kebijakan tarif mulai memberikan tekanan inflasi di AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: