Kredit Foto: ITMG
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM) menegaskan strategi dekarbonisasi melalui upaya reduksi dan penyisihan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk menekan jejak karbon perusahaan. Direktur ITM, Yulius K. Gozali, mengatakan perusahaan menetapkan target pengurangan intensitas emisi sebesar 5% pada 2025, dengan tahun dasar 2019 sebagai tolok ukur dalam proses pengelolaan emisi terintegrasi.
Yulius menjelaskan, perusahaan menggunakan pendekatan kontrol kegiatan operasional dalam menghitung emisi, serta metode perhitungan yang disesuaikan dengan jenis dan sumber emisi. Faktor emisi merujuk pada panduan Intergovernmental Panel on Climate Change Fifth Assessment Report (IPCC AR5).
"Untuk mencapai target dekarbonisasi, ITM menerapkan efisiensi energi berbasis digitalisasi, memanfaatkan energi baru dan terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya (solar PV), menggunakan kendaraan listrik, meningkatkan penggunaan biofuel, dan melakukan elektrifikasi melalui jaringan PT PLN (Persero)," ujar Yulius saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Kamis (24/7/2025).
Baca Juga: Kucurkan Ratusan Miliar, ITMG Serok 9,62% Saham Tambang Nikel (NICE)
Yulius mengatakan, ITM juga melakukan penyisihan emisi melalui proyek karbon di luar aktivitas reklamasi tambang. Salah satu langkah nyata dilakukan oleh PT Cahaya Power Indonesia (CPI), entitas anak dalam grup ITM, yang berperan penting dalam diversifikasi bisnis non-batubara sekaligus mendukung strategi dekarbonisasi.
Sepanjang 2024, CPI mencatat kontrak proyek berbasis tenaga surya sebesar 61,3 MWp, naik hampir tiga kali lipat dibandingkan 23,1 MWp pada 2023. Proyek ini mencakup Proyek Bunyut yang mendukung operasional internal ITM.
"Perusahaan juga mengoperasikan PLTS di anak usahanya, PT Indominco Mandiri (IMM) dan PT Trubaindo Coal Mining (TCM), yang berhasil mengurangi emisi sebesar 4.187 ton CO₂eq," ujrnya.
Lanjutnya, sebagai bagian dari inisiatif penyisihan emisi atau carbon removal, ITM terus melanjutkan reklamasi lahan pascatambang serta pemulihan ekosistem. Pada 2023, ITM mengukur cadangan karbon pada area reklamasi seluas 715 hektare di lokasi PT Jorong Barutama Greston (JBG), yang tercatat memiliki potensi serapan karbon sebesar 82.335,5 ton CO₂eq.
"Perusahaan turut mengembangkan pengelolaan keanekaragaman hayati melalui penetapan kawasan Arboretum 30 Gemilang dan Arboretum Kanahuang di lokasi IMM, yang memiliki cadangan karbon sebesar 99,15 ton CO₂eq," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement