Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jiva Svastha Nusantara Beri Penyuluhan soal Risiko dan Cara Meminimalisir Kontaminasi Air Isi Ulang

Jiva Svastha Nusantara Beri Penyuluhan soal Risiko dan Cara Meminimalisir Kontaminasi Air Isi Ulang Kredit Foto: Yayasan Jiva Svastha Nusantara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekitar 80 persen air minum di Indonesia belum tergolong aman dikonsumsi, bahkan hampir separuh air isi ulang tercemar bakteri E.coli. Temuan ini terungkap dalam kegiatan penyuluhan Yayasan Jiva Svastha Nusantara bertajuk Indonesia Sehat Mulai dari Air Bermutu, yang digelar di Kantor Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Jakarta Selatan, Kamis (7/8/2025).

Data Survei Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) 2023 dari Kementerian Kesehatan mencatat, hanya 20 persen rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses terhadap air minum aman. Sementara, 45,4 persen sampel air isi ulang yang diuji mengandung bakteri E.coli. Kondisi ini selaras dengan hasil uji laboratorium Yayasan Jiva di Bandung, yang menunjukkan bahwa 84,9 persen air minum rumah tangga dan 84,7 persen air isi ulang mengandung bakteri patogen.

“Air minum yang terlihat jernih belum tentu aman. Untuk memastikan kualitasnya, harus lolos tiga parameter: fisik, kimia, dan mikrobiologi—dan dua yang terakhir hanya bisa diuji di laboratorium,” ujar Wuhgini, Sanitarian Ahli Muda dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.

Baca Juga: Jernih Belum Tentu Aman, 84% Air Galon Terkontaminasi Bakteri

Ia menyoroti pentingnya legalitas depot air isi ulang, terutama dalam kepemilikan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). “Tanpa SLHS, depot seperti pengendara motor tanpa SIM. Risiko kesehatan tinggi dan tidak bertanggung jawab,” tegasnya.

Wuhgini juga mengimbau masyarakat agar bersikap kritis saat membeli air isi ulang. “Tolak beli dari depot yang kotor, alatnya tidak food grade, atau operatornya tidak memakai masker. Ini soal kesehatan keluarga kita,” tambahnya.

Baca Juga: Pakar Kritik Praktik Peluncuran Galon Baru Tidak Diiringi dengan Penghentian Distribusi Galon Lama

Dampak dari konsumsi air tercemar tidak hanya diare dan hepatitis, tetapi juga gangguan penyerapan nutrisi yang berujung pada stunting, khususnya pada anak-anak.

Surya Putra, Kepala Bidang Hukum dan Advokasi Kebijakan Yayasan Jiva Svastha Nusantara, menegaskan pentingnya peran konsumen dalam memastikan kualitas air. “Kami ingin masyarakat mulai sadar dari hal-hal kecil: sumber air, kebersihan galon dan dispenser, sampai menanyakan uji lab dan legalitas depot,” jelasnya.

Penyuluhan ini menjadi bagian dari komitmen Yayasan Jiva dalam mendorong masyarakat untuk menjadi agen perubahan demi akses air minum yang aman dan sehat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: