Kredit Foto: Unsplash/Angelica Reyes
Akibat kebijakan tarif gila-gilaan terhadap semua komoditas dari Brasil ke Amerika Serikat (AS), perusahaan kopi Starbucks kena dampaknya.
Starbucks diperkirakan akan mengalami kenaikan biaya tahunan sebesar 3,5 persen untuk divisi biji kopi kemasan dan minuman siap saji, menurut analis TD Cowen, Andrew Charles.
Starbucks telah mengindikasikan bahwa mereka akan membekukan harga hingga tahun fiskal 2025, meskipun CEO Brian Niccol tidak mengesampingkan penyesuaian di masa mendatang, menurut laporan Yahoo Finance.
Produsen makanan dan minuman AS, J.M. Smucker, yang memiliki merek-merek kopi populer seperti Folgers dan Cafe Bustelo, telah beberapa kali menerapkan kenaikan harga sejak Oktober 2024.
Perusahaan itu berencana untuk menaikkan harga keempat tahun ini, dengan alasan meningkatnya biaya kopi hijau dan tarif impor AS dari Brasil dan Vietnam.
"Bidang-bidang yang paling terdampak tarif terutama pada bahan baku langsung. Di dalam bahan baku langsung, faktor utamanya adalah kopi hijau, yang kami anggap sebagai sumber daya alam yang tidak tersedia di AS. Oleh karena itu, kami mengimpor dari Brasil dan Vietnam, selain dari negara lainnya," ungkap Tucker Marshall, Direktur Keuangan J.M. Smucker, dalam panggilan konferensi pendapatan perusahaan tersebut pada Juni lalu.
Para pakar industri mengatakan bahwa meskipun tarif terhadap kopi asal Brasil berpotensi mendorong kenaikan harga, tantangan yang lebih besar bagi perusahaan kopi AS adalah menjaga konsistensi cita rasa.
Kopi pada umumnya diracik untuk memenuhi profil rasa tertentu yang diharapkan konsumen, dan bahkan perubahan kecil pun dapat memengaruhi tingkat kepuasan para pelanggan.
Jika kopi Brasil menjadi kurang diminati akibat tarif, pasar pada akhirnya akan mencari alternatif lain, dan menemukan penggantinya dinilai "sangat sulit dan penuh risiko," ujar Michael J. Nugent, presiden MJ Nugent & Co., sebuah firma manajemen risiko berjangka.
Konsumen sudah terbiasa dengan merek dan cita rasa tertentu, sehingga perubahan kecil apa pun dalam campuran atau rasa dapat menyebabkan kehilangan pelanggan, tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement