Kredit Foto: Dok. Kemenekraf
Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf) Teuku Riefky Harsya mengungkapkan Aceh merupakan salah satu dari 15 provinsi prioritas pengembangan ekonomi kreatif nasional dalam lima tahun ke depan.
Hal ini disampaikan Menteri Ekraf dalam Temu Komunitas Talenta Ekraf Aceh (Teko Teh) yang berlangsung di Hoco Coffee Lambhuk, Banda Aceh, pada Jumat (29/8/2025).
Baca Juga: Industri Pengolahan Angkat Ekspor, Neraca Dagang RI Surplus 63 Bulan Berturut
"Aceh menjadi salah satu daerah yang akar budayanya begitu kuat dan mempunyai potensi ekonomi kreatif sangat besar sehingga kami mengajak semua kepala daerah di Aceh untuk memetakan potensi ekonomi kreatif dari 17 subsektor yang ada,” ujar Menteri Ekraf, dikutip dari siaran pers Kemen Ekraf, Senin (1/9).
Acara temu komunitas talenta ekraf ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan, melihat perkembangan potensi dan tantangan ekonomi kreatif di Aceh sebagai dasar dalam merumuskan program-program strategis yang mendukung pengembangan sumber daya manusia, terutama generasi muda. Harapannya, ekonomi kreatif bisa menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari Aceh.
“Kalau kita ingin melihat daerah yang berpotensi akan ekrafnya tentu daerah yang mempunyai akar budaya yang sangat kuat. Budaya itu adalah hulunya, hilirnya budaya disentuh inovasi dan teknologi lalu diurus dengan kekayaan intelektual, maka disitulah ekonomi kreatif terjadi," kata Menteri Ekraf.
Menteri Ekraf juga mengajak agar para kepala daerah di Aceh mendukung pengembangan potensi ekonomi kreatif sekaligus menguatkan ekosistem kreatif.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Aceh memiliki angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2024 sebesar 75,36 sehingga banyak sumber daya manusia berkualitas yang ada di Aceh. Namun, tantangan justru terjadi di Aceh karena terbatas lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja terdidik.
“Ada data yang menarik dari BPS mengatakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang ada di Aceh itu begitu tinggi artinya kualitas manusia di Aceh berarti positif dalam hal akses pendidikan yang tinggi. Tetapi, disisi lain pengangguran di Aceh juga besar. Di sinilah kita bisa melihat seperti apa pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota bisa membantu masyarakat untuk buka lapangan kerja baru yang bersumber dari tiap subsektor ekonomi kreatif. Dengan demikian ada kolaborasi untuk memperkuat ekosistem kreatifnya melalui pengembangan komunitas,” ungkap Menteri Ekraf.
Kementerian Ekraf senantiasa berupaya menciptakan ekosistem yang kondusif untuk pertumbuhan dan keberlanjutan industri kreatif di tingkat regional, nasional, hingga internasional. Selain itu, Kementerian Ekraf selalu menjaga ekosistem kreatif berkembang melalui program-program seperti Wonder Voice of Indonesia, Akselerasi Kreatif Musik (ASIK), Emak-Emak Matic, Santri Kreatif, dan masih banyak lagi.
Perwakilan komunitas Voice People Aceh, Faishal Ridha Erza, mengharapkan adanya kemudahan akses jaringan dan fasilitas agar mereka bisa membuat acara yang tak sekadar belajar dari zoom meeting. Sebagai peserta program Wonder Voice of Indonesia, Faishal mengharapkan adanya program pertumbuhan yang lebih konkret.
"Semoga talenta-talenta voice over dari Aceh juga bisa mendapatkan ruang lebih luas untuk berkembang tak hanya di daerah, tetapi bergema hingga level nasional bahkan internasional. Kami juga mengajak komunitas kreatif lain untuk saling bersinergi karena voice over sangat terkait dengan film, animasi, periklanan yang tentu bisa melahirkan ekosistem kreatif Aceh lebih kuat," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement