Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mas Tono, Petani Simalungun yang Gigih Membangun Harapan dari Lahan

Mas Tono, Petani Simalungun yang Gigih Membangun Harapan dari Lahan Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hartono, atau akrab disapa Mas Tono, adalah seorang petani berusia 44 tahun yang tinggal di Simalungun, Sumatera Utara. Sejak tahun 2015, ia menekuni dunia pertanian secara serius.

Tidak ada guru khusus yang membimbingnya, selain semangat belajar otodidak dan pengalaman dari kawan-kawan tetangga yang lebih dulu berkecimpung di dunia tani.

Dengan semangat belajar yang tinggi dan ketekunan di lapangan, Mas Tono mampu berkembang pesat. Pada tahun 2017, ia mulai mengenal benih unggul dari Cap Panah Merah.

Sejak saat itu, hasil pertaniannya meningkat secara signifikan, dan ia semakin percaya diri mengelola lahannya yang kini mencapai 3 hektar.

Berbagai komoditas ia tanam, mulai dari cabai, tomat, kacang panjang, timun, hingga gambas. Dari sekian banyak pengalaman dan benih-benih dari Cap Panah Merah yang ia tanam, salah satu yang paling berkesan adalah ketika ia menanam benih Cabai Hibrida LAJU F1 sebanyak 5.000 tanaman, yang ternyata berhasil memanen 4 ton.

"Panen tersebut membuka mata saya bahwa dengan benih unggul dan kerja keras, lahan bisa benar-benar memberi hasil yang lebih dari perkiraan,” ungkapnya penuh semangat.

Bagi Mas Tono, bertani bukan hanya soal mengelola lahan, tapi juga tentang membangun kebersamaan. Semangat yang ia miliki terbukti menular, hingga kini sekitar 40 petani lain di sekitarnya mengikuti ajakan dan saran yang ia bagikan.

Ia pun sering mengundang petani lain untuk datang ke lahannya, agar mereka bisa melihat langsung bagaimana cara merawat tanaman dan mengelola hasil panen dengan lebih baik.

"Saya percaya kalau kita maju sendiri hasilnya terbatas. Tapi kalau banyak petani maju bersama, manfaatnya jauh lebih besar,” katanya.

Atas dedikasi dan konsistensinya, Mas Tono mendapat penghargaan sebagai Master Panen dari Cap Panah Merah.

Gelar ini bukan hanya simbol keberhasilan dalam menghasilkan panen yang melimpah, tetapi juga pengakuan atas perannya dalam menginspirasi dan mendorong petani lain untuk berkembang.  Namun, ia tetap merendah.

"Buat saya, gelar ini bukan akhir perjalanan. Justru ini jadi penyemangat untuk terus belajar dan berbagi, karena pertanian itu selalu berkembang,” tuturnya.

Dalam perjalanannya, Cap Panah Merah hadir sebagai mitra yang memberi dukungan melalui benih unggul dan informasi budidaya. Meski begitu, kunci utama keberhasilan tetap ada pada semangat belajar, ketekunan, dan kerja keras Mas Tono yang tidak pernah berhenti mencoba.

Kisah Mas Tono menunjukkan bahwa pertanian adalah jalan hidup yang penuh makna. Dari lahan seluas 3 hektar di Simalungun, ia tidak hanya menanam cabai, tomat, dan sayuran lain, tetapi juga menumbuhkan semangat kebersamaan, inspirasi, serta harapan baru bagi banyak petani di sekitarnya.  

Dengan kerja keras dan semangat berbagi, ia membuktikan bahwa pertanian bisa menjadi kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: