Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Re Gelar Program Mengajar 2025, Angkat Tema Mitigasi Ancaman Megathrust

Indonesia Re Gelar Program Mengajar 2025, Angkat Tema Mitigasi Ancaman Megathrust Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re kembali menggelar program Indonesia Re Mengajar sebagai bagian dari komitmen Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan. Tahun ini, program tersebut mengangkat tema “Mitigasi Risiko Terjadinya Gempa Megathrust” dengan melibatkan mahasiswa magang di Indonesia Re.

Sebagai BUMN Reasuransi, Indonesia Re memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sektor keuangan nasional melalui pengelolaan risiko, sekaligus memberikan perlindungan bagi masyarakat dan perekonomian negara. Namun, pemahaman masyarakat mengenai peran dan fungsi BUMN Reasuransi masih terbatas. Oleh karena itu, program Indonesia Re Mengajar hadir untuk meningkatkan literasi asuransi sekaligus memperluas wawasan publik tentang pentingnya peran reasuransi dalam menjaga ketahanan bangsa menghadapi risiko bencana.

“Melalui Indonesia Re Mengajar, kami berupaya memperkaya pemahaman generasi muda tentang risiko kebencanaan, ini sejalan dengan misi Indonesia Re untuk mengedukasi dan meliterasi masyarakat. Acara ini juga diharapkan dapat mendorong kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri reasuransi dalam mitigasi bencana,” ujar Robbi Yanuar Walid, Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan, SDM dan Corporate Secretary Indonesia Re.

Baca Juga: PERDOKJASI Dorong Dokter Berperan Aktif dalam Sistem Jaminan Sosial dan Asuransi

Acara ini mengangkat topik mengenai gempa megathrust sebagai respons strategis terhadap meningkatnya urgensi kesadaran risiko bencana di Indonesia. Gempa jenis ini memiliki karakteristik yang berpotensi menimbulkan gempa bumi berkekuatan besar hingga tsunami. Dalam konteks tersebut, industri asuransi dan reasuransi memiliki peran krusial untuk:

  • Mengurangi beban ekonomi bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
  • Meningkatkan ketahanan finansial dalam pemulihan pascabencana.
  • Mendorong penerapan building code tahan gempa melalui insentif asuransi.

Program ini menghadirkan para pakar kebencanaan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta praktisi reasuransi dari Indonesia Re. Dengan pendekatan berbasis data ilmiah dan riset terkini, peserta berkesempatan berdiskusi langsung, mengajukan pertanyaan, serta memperoleh klarifikasi terkait aspek risiko kebencanaan maupun kaitannya dengan peran asuransi.

Industri reasuransi juga berperan dalam pengembangan kerja sama teknologi kebencanaan. Hal ini dipaparkan oleh Fiza Wira Atmaja, Kepala Departemen Riset Industri Indonesia Re. Menurutnya, mitigasi bencana perlu diperhitungkan perusahaan reasuransi tidak hanya dari segi kapasitas tetapi juga kapabilitas.

“Catastrophe Analyst di Indonesia ini masih sangat sedikit, padahal negara kita sangat rentan terhadap bencana. Pemahaman terhadap potensi terjadinya bencana perlu diperdalam melalui riset, sebagaimana yang telah kami lakukan selama ini di Indonesia Re dan dibagikan kepada publik,” kata Fiza. 

Lebih lanjut, Fiza menyebut, Indonesia Re ke depan juga akan mengadakan riset kolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membangun tools yang dapat menganalisis risiko bencana.

Hal terkait kolaborasi antar-instansi untuk mitigasi risiko bencana juga disampaikan oleh Pepen Supendi, Penanggung Jawab Data Gempa Bumi dan Tsunami BMKG. Pepen memaparkan peta-peta zona subduksi aktif yang menjadi sumber gempa megathrust di Indonesia. Pepen juga menjelaskan tentang sistem monitoring BMKG dan mekanisme peringatan dini yang terpasang di berbagai titik di Indonesia.

“Sebagai lembaga hulu, kami menyajikan data yang digunakan untuk pembentukan kebijakan. Di Indonesia, ada 13 titik megathrust dan ratusan sesar aktif. Kami melakukan monitoring rutin setiap hari. Nah, dari data tersebut, kami bekerja sama dengan stakeholders di lapangan, menginformasikan kepada masyarakat, agar risiko bencana dapat diminimalisir,” kata Pepen.

Hal ini juga ditekankan oleh Direktur Mitigasi Bencana BNPB, Zaenal Arifin. Zaenal menyebut, Indonesia masuk dalam daftar 35 negara dengan potensi risiko bencana paling tinggi di dunia, mengacu pada World Bank. Arifin menekankan kesiapsiagaan menjadi tugas bersama dalam menghadapi ancaman gempa megathrust. Kesiapsiagaan bukan sekadar kesiapan fisik infrastruktur, tetapi juga kesiapan manusia dalam hal pengetahuan, simulasi dan respon cepat saat bencana terjadi. Ke depan, BNPB berencana membangun layanan peringatan yang bisa diterima real-time oleh seluruh masyarakat Indonesia melalui gawai.

Baca Juga: Survei: Mayoritas Driver Ojol Pilih Potongan 20% Asal Pesanan Banyak dan Dapat Asuransi

Sebagai penutup sesi, Fakih Wahyudi, akademisi dari Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi, menekankan pentingnya tiga langkah kunci mitigasi gempa megathrust yang dapat dijalankan oleh masyarakat dan pemangku kepentingan. 

“Mitigasi gempa megathrust dimulai dari kesiapan melalui edukasi publik dan simulasi bencana, dilanjutkan dengan respon cepat dan terkoordinasi saat bencana terjadi, serta diakhiri dengan pemulihan yang mencakup rehabilitasi, rekonstruksi, dan pemulihan ekonomi-sosial,” ujar Fakih.

Kegiatan Indonesia Re Mengajar 2025 diharapkan dapat memperkuat literasi risiko dan perasuransian, sekaligus menumbuhkan kesadaran bersama akan pentingnya mitigasi risiko gempa megathrust melalui sinergi lintas sektor. Program ini sendiri telah berjalan sejak 2016 dan konsisten hadir di berbagai daerah di Indonesia diantaranya Mamuju, Kendari, Ambon, Yogyakarta, Bandung, Padang hingga Labuan Bajo.

Sebanyak ribuan peserta telah dilibatkan dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang mulai dari murid, mahasiswa maupun petani. Program ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia Re dalam mendukung literasi dan berbagi pengetahuan di berbagai lapisan masyarakat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: