Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bela Negara dari Sawah, Turrima-Biotech Gaungkan Feeding the World, Saving the Earth

Bela Negara dari Sawah, Turrima-Biotech Gaungkan Feeding the World, Saving the Earth Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bela negara hari ini tidak lagi semata-mata identik dengan medan perang. Dalam konteks zaman, semangat itu menemukan bentuk baru; menjaga ketahanan pangan dan melestarikan bumi.

Itulah makna yang disuarakan PT Turrima Agro Biotech melalui kampanye bertajuk “Feeding the World, Saving the Earth” yang diluncurkan di Gerbang Bukit Pelangi, Sentul, Jawa Barat, akhir pekan lalu. 

Dalam acara ini, Turrima menggandeng komunitas MMC (Masyarakat Tanpa Riba Miliarder Club) serta mendapat dukungan simbolis dari jajaran TNI dan Polri. 

Kehadiran Staf Khusus KSAD Brigjen Khairul Anwar Mandiling dan Brigjen Iwan Bambang Setiawan, serta beberapa Perwira Kepolisian dan Perwira TNI lainnya menjadi penanda penting adanya sinergi sipil–militer dalam menjaga bangsa. Bela negara kini tidak berhenti pada ranah pertahanan, tetapi juga merambah sektor pangan. 

“Ekonomi kuat, negara kuat. Bela negara hari ini adalah menjaga tanah, pangan, dan masa depan,” ujar Brigjen Khaerul di hadapan ratusan peserta. 

Momen paling berkesan terjadi saat panitia membagikan amplop coklat berisi ikat kepala bertuliskan “Bela Negara”. Tanpa aba-aba, seluruh peserta mengenakannya secara serentak. Atmosfer seketika berubah, sederhana tetapi kuat sebagai lambang kesatuan tekad. 

“Patriotisme sejati hari ini ada di ladang dan sawah. Dengan pupuk organik, kita bukan hanya membantu petani, tetapi juga menjaga negeri ini dari ketergantungan,” tegas Mulyono, pendiri PT Turrima Agri Mas (Turrima-Agrotech).

Inovasi dari Sragen ke Dunia 

Turrima dilahirkan oleh Mulyono di Sragen, Jawa Tengah pada tahun 1998, dengan satu keyakinan bahwa solusi pertanian yang sehat adalah kunci peradaban masa depan. Dengan riset bioteknologi, Turrima mengembangkan pupuk organik yang tidak hanya mengembalikan kesuburan tanah, tetapi juga terbukti meningkatkan hasil panen. 

Prestasi Turrima sudah mendunia. Di Afrika, penggunaan pupuk Turrima meningkatkan produktivitas padi hingga 40%. Pada 2023 Menteri Pertanian dan Pengembangan Pedesaan Afrika Tengah Gabriel Mbairobe melayangkan surat penghargaan khusus karena prestasi tersebut. Seperti tertuang dalam suratnya, Mbairobe mengakui pupuk organik Turrima berhasil meningkatkan hasil pertanian baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Selain itu, produk ini juga terbukti mengurangi  pencemaran lingkungan serta meningkatkan kualitas tanah. 

Berdasarkan kesaksian mitra kerjanya di Afrika, menurut Mulyono, pupuk organik produksinya berhasil meningkatkan levelling off lahan pertanian di sana yang sebelumnya rusak oleh paparan pupuk kimia semasa penjajahan Perancis. Levelling off adalah petunjuk menurunnya efisiensi pupuk akibat penurunan kesehatan tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi.  

“Sekarang mereka sudah berhasil meningkatkan levelling off pada angka 2 serta meningkatkan capaian produksi padi sampai 40%. Dan karena kondisi ini, mereka  sempat mengajak tamu dari World Bank untuk berkunjung ke pabrik kami di Sragen,” ungkap Mulyono.

Tak hanya di Afrika, produk Turrima kini hadir di pasar Afrika, Kuwait, dan Malaysia, serta dalam tahap ekspansi ke Singapura dan Thailand. Namun, sebagaimana ditegaskan Mulyono, arah utama Turrima tetap berpijak pada ketahanan pangan nasional. “Global penting, tapi yang paling utama adalah memastikan rakyat Indonesia punya pangan sehat dan terjangkau,” katanya.

Regenerasi dan Optimisme 

Tongkat estafet kini digenggam generasi kedua Turrima yakni Naufal Pahlevi dan Dzia Al Haq. Dengan pendekatan edukasi, kedua anak Mulyono tersebut terus berupaya mendekatkan Turrima pada petani. “Kami ingin teknologi ini bisa dipahami dengan sederhana, dipakai dengan mudah, dan dirasakan manfaatnya langsung oleh petani. Organik itu bukan gaya hidup mahal, tetapi jalan keluar bagi masa depan pertanian,” jelas Naufal yang diberi tanggungjawab R&D di perusahaan. 

Naufal Pahlevi (kiri) dan Dzia Al Haq (kanan) generasi kedua Turrima Biotech

Pesan itulah yang berusaha mereka sampaikan melalui tagline “Indonesia Indah, Indonesia Cerah, Turrima Berbagi Berkah”. Tagline tersebut sekaligus menjadi pesan optimisme di tengah tantangan ekonomi global. Harapan itu dirangkum dalam gerakan kecil namun berdampak besar, mengembalikan kepercayaan diri bangsa lewat pangan.

Ke depan, Turrima membawa visi yang lebih luas “Greening the Desert”. Sebuah kampanye untuk menghijaukan lahan-lahan tandus, khususnya di kawasan Afrika, dengan pendekatan bioteknologi ramah lingkungan. Turrima melihat peluang besar untuk menjadikan tanah gersang kembali subur, sehingga pangan bukan lagi persoalan geopolitik, melainkan hak universal umat manusia. 

“Kalau tanah tandus bisa kembali hidup, dunia akan lebih seimbang. Indonesia bisa menjadi pionir dalam diplomasi pangan global. Dan kami ingin Turrima mengambil bagian dalam misi itu,” ungkap Dzia yang oleh orang tuanya diberi misi pemasaran internasional.  

Menurut Dzia, visi tersebut menempatkan Indonesia sebagai pemain aktif dalam solusi pangan dunia. Tidak hanya mengekspor produk, Turrima juga menawarkan model kemandirian pangan berkelanjutan yang bisa diterapkan di mana saja, dari desa di Jawa hingga padang pasir Afrika. 

Kisah Turrima adalah aksi nyata bagaimana inovasi lokal bisa menjangkau panggung global. Dari Sragen, mereka membangun jembatan menuju Afrika. Dari sawah, mereka bicara tentang diplomasi internasional. Dan dari tanah air, mereka mengingatkan; bela negara bisa dilakukan dengan memberi makan rakyat dan menjaga bumi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: