Kredit Foto: Ida Umy Rasyidah
Pemerintah Indonesia memastikan kesepakatan awal dengan induk usaha PT Freeport Indonesia, Freeport-McMoRan Inc. (FCX) asal Amerika Serikat, untuk melepas tambahan 12 persen saham kepada Indonesia. Kepastian itu disampaikan Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Roeslani, usai melakukan pertemuan langsung dengan pimpinan FCX di Amerika Serikat.
“Mereka sudah menyetujui untuk 12 persen kemarin. Kemarin di Amerika Serikat saya juga bertemu dengan pimpinannya langsung, dengan CEO-nya langsung, dengan owner-nya. Mereka sudah menyetujui untuk memberikan free of charge saham 12 persen, kita negosiasi, yang dulunya kita bertahap 10% alhamdulillah 12%,” kata Rosan di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Selasa (30/9/2025).
Baca Juga: Finalisasi Perpanjangan IUPK Freeport Dijadwalkan Oktober, Pemerintah Tawar Saham 12%
Selain kesepakatan divestasi saham, Freeport-McMoRan juga akan membangun dua rumah sakit dan satu universitas di Papua. Menurut Rosan, fasilitas ini ditujukan untuk meningkatkan peran tenaga medis serta akses pendidikan di daerah operasi pertambangan PTFI.
"Dan juga mereka akan membuat dua rumah sakit dan rumah universitas yang tujuannya untuk meningkatkan peran dokter di sana, yang akan dibangun di sana, di Papua," jelas Rosan.
Baca Juga: Murah, RI Berpeluang Tambah Kepemiikan Saham Freeport di Atas 10%
Rencana penambahan porsi saham pemerintah di PTFI selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut Presiden telah menginstruksikan pemerintah untuk menindaklanjuti permohonan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI pasca 2041.
Bahlil mengungkapkan, pemerintah tengah menyiapkan opsi divestasi tambahan di atas 10 persen. Saham itu sebagian akan dialokasikan kepada badan usaha milik daerah (BUMD) Papua dan berlaku setelah 2041. Hingga kini, porsi kepemilikan pemerintah di PTFI mencapai 51,24 persen.
Menurut Bahlil, langkah tersebut penting untuk menjamin kelanjutan operasi PTFI. Pasalnya, strategi penambangan perusahaan ke depan akan lebih banyak bertumpu pada tambang bawah tanah (underground mining), berbeda dengan sebelumnya yang mengandalkan tambang terbuka (open pit).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement