Kredit Foto: Antara/Indrayadi TH
Kilang minyak rupanya menghadapi tekanan berat dari kompetisi global dan regulasi lingkungan yang ketat, khususnya dalam pasar dari Uni Eropa.
Managing Partner Essar, Tony Fountain mengatakan bahwa tekanan tersebut mendorong mereka berinvestasi dalam proyek transisi energi untuk bertahan dalam industri. Hal ini juga diperparah dengan persaingan dari kilang yang lebih modern dan kompleks di Asia, Timur Tengah, dan Afrika.
“Saya kira kita semua berada dalam permainan ‘last man standing’ untuk memastikan agar tidak ditutup,” kata Tony, dilansir Kamis (2/10).
Pihaknya meningkatkan produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dan biofuel untuk memenuhi permintaan bahan bakar yang lebih bersih sesuai regulasi di Eropa.
Essar juga berencana mengambil keputusan investasi akhir untuk pembangunan pabrik hidrogen biru di Inggris. Tahun ini, Essar juga memperoleh dukungan pemerintah untuk proyek pabrik bahan bakar penerbangan berkelanjutan di Stanlow.
“Strategi dekarbonisasi dan bahan bakar maju adalah hal-hal yang perlu kami lakukan agar dapat beralih dari posisi menengah menjadi kuartil teratas di Eropa,” ujar Fountain.
Fountain menekankan pentingnya dukungan pemerintah untuk mencegah ketergantungan berlebihan pada impor bahan bakar seiring berkurangnya jumlah kilang di Inggris.
“Jika saya pemerintah, saya akan khawatir jika jumlah kilang kurang dari empat, karena itu berarti ketergantungan pada impor menjadi sangat tinggi,” katanya.
Baca Juga: Realisasi Investasi Hulu Migas Capai US$8,9 Miliar hingga Agustus 2025
Ia menambahkan, negara tersebut saat ini telah mengimpor sekitar tiga puluh persen dari kebutuhan bahan bakarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement