Bank Sampoerna Konsisten Jaga Porsi Penyaluran Kredit untuk UMKM, Capai 64,53% di kuartal III 2025
Kredit Foto: Istimewa
Di tengah kondisi ekonomi yang dinamis, sektor perbankan memiliki tuntutan besar untuk berperan sebagai mitra utama bagi masyarakat. Perbankan diharapkan mampu memberikan dukungan serta nilai tambah yang berkelanjutan di masa mendatang.
PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) menunjukkan komitmen kuatnya terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan terus mempertahankan porsi penyaluran kredit mayoritas ke sektor ini. Hingga akhir kuartal III 2025, Bank Sampoerna mencatatkan total penyaluran kredit sebesar Rp11,5 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 64,53% dari total kredit disalurkan kepada para pelaku UMKM.
Menanggapi penyaluran kredit ke sektor ini, Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna, Henky Suryaputra, mengakui bahwa persaingan pasar yang ketat membuat penyaluran kredit ke UMKM menjadi tantangan tersendiri. Namun, ia menekankan pentingnya akses pembiayaan yang mudah untuk keberlangsungan mereka.
Baca Juga: Perkuat Ekosistem Digital, Bank Sampoerna Siapkan Pendanaan Besar untuk Mitra Fintech
“Kami terus melakukan tinjauan berkala terhadap kemampuan pelaku UMKM dalam menyerap penyaluran kredit dan dengan tantangan yang tidak mudah, kami tetap berkomitmen untuk membantu pelaku UMKM bertumbuh. Ini adalah sektor usaha yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia dan eksistensi bisnis mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional,” tegas Henky.
Selain tantangan di sisi kredit, faktor kunci dukungan terhadap pelaku UMKM lainnya adalah menjaga arus kas yang sehat. Berbekal sinergi dan penerapan digitalisasi di berbagai layanan, Bank Sampoerna berkomitmen untuk memperkuat arus kas sekaligus mendorong keberlanjutan usaha para pelaku UMKM.
Dari sisi pendanaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Sampoerna tercatat sebesar Rp13 triliun. Hal tersebut didominasi oleh dana deposito dari nasabah yang mencapai Rp10,5 triliun. Akumulasi DPK tersebut juga dipengaruhi oleh komposisi CASA di akhir kuartal III-2025 yang sebesar 19,2% atau meningkat 4,8% secara tahunan atau year-on-year (YoY).
Henky menegaskan, penyaluran kredit dan penghimpunan DPK yang seimbang turut menjaga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Hingga akhir September 2025, LDR korporasi mencapai 88,30% atau meningkat sebesar 3,8% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 84,5%. Hal ini mencerminkan kondisi likuiditas bank yang sehat.
Sementara itu, margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) juga terjaga di level 4,4%, mencerminkan kemampuan Bank dalam mengelola kredit dan DPK secara optimal di tengah kondisi pasar yang kompetitif, serta kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Dengan faktor-faktor tersebut, Bank Sampoerna berhasil membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp10,7 miliar.
Sebagai wujud komitmen berkelanjutan untuk memberikan nilai tambah bagi nasabah, Bank Sampoerna juga terus menerapkan prinsip kehati-hatian guna memastikan kualitas kredit tetap
terjaga dengan baik. Hingga akhir September 2025, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross tercatat sebesar 4,12% dan NPL net sebesar 2,45%.
CEO Bank Sampoerna, Ali Yong, menegaskan bahwa dukungan menyeluruh terhadap UMKM tercermin melalui peningkatan jumlah mitra strategis yang bersama-sama berkolaborasi untuk mengakselerasi digitalisasi UMKM.
Baca Juga: Produk UMKM Lokal Semakin Merambah Pasar Ekspor
“Pertumbuhan yang ada difokuskan pada kolaborasi yang erat antara Bank Sampoerna bersama dengan lebih dari 50 perusahaan fintech, perusahaan multi finance, koperasi, dan institusi keuangan lainnya. Kemitraan ini menjadi bukti nyata keberpihakan bank kepada UMKM,” ujar Ali.
Bentuk kolaborasi tersebut diwujudkan melalui penyediaan layanan Bank as a Service (BaaS) yang telah memberikan hasil positif, dengan perluasan jangkauan layanan perbankan hingga ke pelosok negeri. Hasilnya tercermin dari peningkatan penggunaan layanan virtual account, pembayaran melalui QRIS, dan transfer dana melalui mitra (host-to-host fund transfer) yang pada periode sembilan bulan hingga September 2025 mencapai 331 juta transaksi senilai total Rp102 triliun. Jumlah transaksi ini meningkat 16 kali lipat dibandingkan dengan jumlah transaksi pada periode yang sama di tahun 2024.
“UMKM merupakan bagian integral dari bisnis kami. Melalui berbagai inisiatif yang kami jalankan, kami berharap dapat terus memberikan nilai tambah bagi nasabah, serta menciptakan dampak positif bagi sektor UMKM sebagai pilar ketahanan ekonomi nasional,” tutup Ali.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement