Kredit Foto: Romus Panca
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat IHK Kepri pada November 2025 mengalami inflasi 0,23 persen mtm, lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,36 persen mtm.
Secara tahunan inflasi Kepri tercatat 3,00 persen yoy, sedikit turun dari 3,01 persen yoy, namun masih lebih tinggi dari nasional yang mencapai 2,72 yoy persen.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri, Ardhienus menjelaskan, inflasi juga terjadi di tiga kota IHK: Batam 0,25 persen mtm, Tanjungpinang 0,23 persen mtm, dan Karimun 0,07 persen mtm. Dengan capaian ini, Kepri menjadi provinsi dengan inflasi bulanan tertinggi ketiga di Sumatera.
"Kelompok Transportasi menjadi pendorong utama inflasi dengan kenaikan 1,99 persen mtm dan andil 0,27 persen, dipicu meningkatnya mobilitas akhir tahun dan naiknya harga avtur," katanya, dalam keterangan tertulis, Selasa (2/12/25).
Baca Juga: PURI Siapkan Proyek Baru di Tembesi Batam, Incar Omset Rp250 Miliar
Selain itu, dijelaskannya, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya naik 0,37 mtm dengan andil 0,03 persen, terutama akibat naiknya harga emas di tengah ketidakpastian geopolitik. Sementara itu, tekanan inflasi tertahan oleh deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 0,33 mtm dengan andil deflasi 0,10, seiring pasokan hortikultura yang terjaga.
"Terkendalinya inflasi Kepri tidak lepas dari koordinasi TPID se-Kepri bersama Bank Indonesia melalui GNPIP dengan strategi 4K. Sepanjang November, berbagai langkah pengendalian dilakukan, seperti HLM TPID, publikasi ILM, edukasi inflasi, hingga capacity building klaster pertanian," ujarnya..
Memasuki Desember, kata Ardhienus, ada beberapa risiko inflasi perlu diantisipasi: potensi gangguan pasokan akibat bibit siklon tropis di utara Sumatera, imported inflation dari kenaikan harga komoditas global, dan naiknya harga emas akibat ketidakpastian geopolitik.
"Sementara faktor penahan inflasi antara lain akselerasi penyaluran beras SPHP dan program diskon tarif angkutan udara menjelang Natal dan Tahun Baru.
Ke depan, Bank Indonesia dan TPID terus memperkuat sinergi melalui peningkatan produksi pangan, pasar murah, penguatan KAD, serta koordinasi pengendalian inflasi agar tetap berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Romus Panca
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement